Setelah pulang sekolah, Thalia dan teman-temannya, Nerissa dan Selene, berkumpul di markas rahasia mereka, sebuah bangunan tua yang sudah tidak terpakai di pinggiran kota. Suasana di dalamnya penuh semangat dan ketegangan.
Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja besar yang dikelilingi oleh peta dan dokumen tentang 06 DETECTIVE. Di ujung meja, seorang pemuda tampak angkuh, dengan tatapan tajam dan aura percaya diri. Dia dikenal sebagai Tuan Muda, sosok yang memiliki pengaruh besar di kalangan mereka.
“Thalia, Nerissa, Selene,” Tuan Muda memulai, suaranya tegas. “Kalian tahu mengapa kalian di sini. Tugas kalian adalah menghancurkan kelompok itu. 06 DETECTIVE adalah ancaman bagi rencana kita.”
Thalia menatap Tuan Muda dengan penuh semangat. “Kami akan melakukannya. Kami sudah mengamati mereka.”
Tuan Muda mengangguk, tetapi ada ketegangan di antara mereka. “Ingat, ini bukan hanya tentang mengalahkan mereka. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan kita. Jika kita bisa membuat mereka terpecah belah, kita akan menang.”
“Gak masalah, kami paham,” Nerissa menambahkan. “Mereka terlihat sangat solid, tapi kami akan mencari celah.”
Tuan Muda tersenyum misterius. “Bagus. Tapi hati-hati. Kita harus tetap di belakang bayang-bayang. Jangan sampai mereka mencurigai kehadiran kita.”
Selene mengangguk. “Kami akan berhati-hati, Tuan. Kami tidak akan mengecewakan Anda.”
Saat mereka berpisah, Thalia merasa semangat dan ambisi membara. Dia bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa mengalahkan 06 DETECTIVE dan membuktikan kemampuannya. Dengan langkah percaya diri, mereka meninggalkan markas, tidak menyadari bahwa rencana mereka akan mempengaruhi lebih dari yang mereka bayangkan.
Setelah pertemuan dengan Tuan Muda, Thalia dan teman-temannya keluar dari markas dengan semangat baru. Mereka merasa ada tantangan besar di depan mereka.
“Gimana kalau kita mulai dengan mengamati mereka di sekolah?” saran Nerissa. “Kita perlu tahu lebih banyak tentang kebiasaan mereka.”
“Setuju,” jawab Selene. “Kita bisa cari tahu titik lemah mereka. Yang penting, kita harus tetap waspada.”
Thalia mengangguk, berpikir sejenak. “Kita harus cari tahu siapa yang berperan dalam kelompok itu. Mungkin ada cara untuk mendekati mereka tanpa mereka tahu.”
Di sisi lain, Myra dan teman-temannya berkumpul di rumah Revanna. Mereka masih membahas ancaman yang baru mereka ketahui. Revanna mengeluarkan catatan yang mereka buat selama riset.
“Kita perlu tetap waspada,” kata Kaelan. “Kita belum tahu sepenuhnya siapa Thalia dan timnya. Mereka bisa punya rencana.”
Myra mengangguk serius. “Mereka bisa jadi berbahaya. Kita harus cari tahu lebih banyak tentang mereka.”
Asher menatap catatan itu. “Kita juga perlu mempersiapkan diri jika mereka mulai bergerak. Kita harus selalu punya rencana cadangan.”
Raden, yang mendengarkan, menambahkan, “Kita bisa mulai memperkuat komunikasi dan merencanakan tempat aman jika situasinya memburuk.”
Revanna terdiam sejenak, lalu berkata, “Kalau mereka mengincar kita, kita harus memanfaatkan itu. Kita bisa mencari tahu lebih banyak tentang mereka sambil tetap menjaga jarak.”
Di markas, Tuan Muda sedang menunggu laporan dari Thalia. Dia merasa ada yang tidak beres dan ingin memastikan semua rencana berjalan lancar.
“Kita harus segera bergerak. Mereka tidak boleh menyadari keberadaan kita,” kata Tuan Muda dengan nada serius.
Thalia mengangguk, merasakan tekanan untuk memenuhi harapan Tuan Muda. Dia tahu, jika mereka bisa mengalahkan 06 DETECTIVE, itu akan menjadi langkah besar bagi mereka.
Dengan semangat dan tekad yang semakin kuat, Thalia dan teman-temannya bersiap untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Sementara itu, Myra dan timnya tetap waspada, tidak menyadari bahwa musuh mereka sedang mengintai.
****
Setelah beres dari rumah Revanna, Myra dan yang lain berpisah, masing-masing kembali ke rumah dengan pikiran yang penuh kekhawatiran. Di tengah perjalanan, Myra tidak bisa berhenti memikirkan tentang Thalia dan tujuan mereka yang misterius.
Keesokan harinya, di sekolah, suasana semakin tegang. Revanna, Kaelan, Asher, Raden, dan Aislin berkumpul di pojok kelas, membahas langkah selanjutnya.
“Jadi, kita harus tetap hati-hati,” kata Revanna. “Mereka mungkin sedang mengawasi kita.”
“Gue rasa kita perlu mencegah mereka tahu siapa kita,” saran Aislin. “Kalau mereka sampai sadar, bahaya banget.”
Myra, yang duduk di samping mereka, terlihat cemas. “Kalau mereka memang ditugaskan untuk mengalahkan kita, kita harus lebih waspada.”
Di sisi lain, Thalia dan timnya berkumpul di markas, membahas rencana mereka. Tuan Muda mendengarkan dengan serius.
“Lo semua harus lebih strategis. Jangan sampai mereka tahu niat kita. Kita perlu menghancurkan kepercayaan diri mereka,” tegas Tuan Muda.
Thalia menjawab, “Kita sudah mengamati mereka. Nanti kita bisa cari cara untuk mendekati mereka tanpa ketahuan.”
Nerissa menambahkan, “Kita juga bisa menyebar isu tentang mereka. Mungkin bisa bikin mereka paranoid.”
“Bagus, teruskan!” Tuan Muda tersenyum. “Ini semua demi misi kita. Ingat, kita harus bekerja sama dan saling mendukung.”
Sementara itu, Myra dan timnya berusaha mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang Thalia dan kelompoknya. Mereka tahu bahwa waktu semakin sempit dan ancaman semakin dekat.
“Kita harus hati-hati dengan setiap langkah kita,” kata Asher. “Kalau kita sampai salah, bisa berakibat fatal.”
“Setuju,” jawab Kaelan. “Kita perlu menjaga komunikasi dan saling memberi tahu jika ada yang mencurigakan.”
Dengan tekad baru, mereka bersiap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan. Sementara Thalia dan teman-temannya merencanakan langkah mereka, 06 DETECTIVE tahu bahwa mereka harus bersatu lebih dari sebelumnya.
Di tengah ketegangan itu, Myra merasakan dorongan untuk melindungi teman-temannya. Dia tahu, jika mereka tidak berhati-hati, bisa jadi ini adalah pertarungan yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
06 DETECTIVE (SEGERA TERBIT)
Mystery / Thriller06 Detective, adalah sekumpulan remaja anak SMK yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Awalnya mereka memiliki sebuah masalah dan semakin lama, mereka bisa menangani sebuah kasus yang awalnya biasa saja, namun semakin menjadi-jadi. Kini bukan te...