Bab 32 : Keadilan untuk Xienna.

25 2 0
                                    

Di bawah langit malam yang kelam, Xyon berdiri dengan tatapan dingin di hadapan Raja Harmint Chorus. Aula kerajaan Chorus yang megah kini terasa mencekam oleh aura kegelapan yang menguar dari tubuh sang Kaisar Vampir.

"Yang Mulia Harmint," suara Xyon terdengar tenang namun mematikan. "Aku membawa bukti kejahatan yang dilakukan oleh salah satu bangsawanmu."

Xyon mengeluarkan pisau berlumuran darah dan beberapa helai rambut pirang kecoklatan yang ditemukannya. "Pisau ini memiliki lambang keluarga Count Forel, dan rambut ini..." dia mengangkat helaian rambut emas itu, "milik putrinya, Ghelia."

Raja Harmint memucat. Di hadapannya berdiri penguasa terkuat dari Kekaisaran Sanguis Lunae, vampir yang terkenal dengan kekejamannya saat murka.

"Yang Mulia Xyon," Harmint mencoba berbicara dengan hati-hati. "Mari kita bicarakan ini dengan—"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan," potong Xyon, matanya berkilat berbahaya. "Aku menuntut keadilan. Bunuh Ghelia sekarang juga, atau..." dia memberi jeda mencekam, "seluruh Kerajaan Chorus akan rata dengan tanah sebelum fajar."

Ancaman itu membuat seluruh ruangan membeku. Para pengawal istana gemetar, merasakan kekuatan gelap yang memancar dari tubuh Xyon.

"Yang Mulia," Harmint bangkit dari tahtanya, "kumohon, beri kami waktu untuk—"

"Waktu?" Xyon tertawa dingin. "Seperti waktu yang diberikan Ghelia pada Xienna sebelum menusukkan pisau ke dadanya?"

Saat itu, Count Forel yang baru tiba di aula istana berteriak, "Ini fitnah! Putriku tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu!"

Xyon menoleh perlahan ke arah Count Forel, tatapannya begitu dingin hingga membuat bangsawan itu mundur selangkah. "Kau menyangkal bukti yang ada di depan matamu?"

"I-itu bisa saja bukti palsu!" Count Forel tetap membela. "Ghelia adalah putri yang baik, dia tidak mungkin—"

"DIAM!" Xyon menggebrak meja dengan kekuatan yang membuat seluruh aula bergetar. "Putri baikmu itu membunuh calon permaisuriku dengan pisau berlambang keluargamu. Darahnya masih menempel di pisau ini!"

Raja Harmint, melihat situasi semakin memanas, cepat-cepat memerintahkan pengawalnya, "Bawa Ghelia kemari. Sekarang."

"Yang Mulia, kumohon!" Count Forel berlutut. "Jangan bunuh putriku! Dia satu-satunya yang kumiliki!"

"Seperti Xienna adalah satu-satunya yang kumiliki?" balas Xyon dengan nada berbahaya. "Pilihan kalian sederhana - nyawa Ghelia, atau nyawa seluruh penduduk Kerajaan Chorus."

Suasana semakin tegang saat Ghelia dibawa masuk ke aula. Gadis cantik berambut pirang kecoklatan itu tampak bingung melihat situasi yang ada.

"Ayah? Apa yang terjadi?" tanya Ghelia, sebelum matanya bertemu dengan tatapan membunuh Xyon.

"Akui perbuatanmu," desis Xyon. "Atau akan kubuat kematianmu jauh lebih menyakitkan dari apa yang kau lakukan pada Xienna."

Ghelia memucat, tubuhnya gemetar. "A-aku tidak—"

"BOHONG!" Xyon mengeluarkan aura kegelapannya hingga membuat beberapa orang di ruangan itu jatuh berlutut. "Kau membunuhnya karena cemburu. Karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku memilih dia, bukan dirimu!"

Air mata mulai mengalir di pipi Ghelia. Count Forel masih mencoba membela putrinya, sementara Raja Harmint berdiri dengan wajah pucat di antara dua pilihan yang sama-sama mengerikan.

"Aku beri waktu sampai hitungan ketiga," Xyon berkata dingin. "Jika kalian tidak memberikan keputusan, aku yang akan mengambil keputusan - dan percayalah, kalian tidak akan menyukai pilihanku."

Aula istana Kerajaan Chorus dipenuhi ketegangan. Nasib seluruh kerajaan kini bergantung pada keputusan yang akan diambil. Dan di tengah semua itu, Xyon berdiri dengan mata berkilat penuh dendam, menunggu keadilan untuk kekasihnya yang terbunuh.

The Villain Is Obsessed With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang