Malam itu, setelah momen manis mereka di kamar Xyon, Xienna tiba-tiba teringat sesuatu. Tangannya bergerak membentuk isyarat dengan antusias, 'Xyon, besok aku ingin melihat taman mawar yang kau hadiahkan padaku.'Xyon tersenyum lembut, mengecup kening Xienna. "Tentu saja, sayang. Aku akan membawamu ke sana besok pagi."
Namun di balik senyum lembutnya, ada kilatan jahil di mata merah Xyon. Ingatannya melayang pada kejadian beberapa waktu lalu, saat ia menurunkan Xienna di dahan pohon tinggi dan bagaimana reaksi lucunya saat itu. Sebuah ide nakal muncul di benaknya.
'Mungkin kali ini...' pikirnya sambil menyeringai tipis, 'atap istana akan menjadi tempat yang menarik.'
Xienna yang masih dalam pelukan Xyon tidak menyadari seringai jahil kekasihnya. Ia terlalu sibuk membayangkan keindahan taman mawar yang akan dilihatnya besok.
Keesokan paginya, Xienna bangun dengan semangat yang meluap-luap. Ia mengenakan gaun musim semi berwarna pink lembut - gaun yang bisa menyesuaikan ukuran pemberian Xyon - dengan hiasan pita dan renda. Rambutnya yang keemasan dibiarkan tergerai, dihiasi mahkota bunga kecil yang manis.
"Kau sudah siap?" tanya Xyon yang muncul di ambang pintu kamar Xienna.
Xienna mengangguk antusias. Tangannya bergerak cepat, 'Ayo kita pergi sekarang!'
Xyon mengulurkan tangannya dengan elegan, membawa Xienna ke taman yang telah ia siapkan khusus untuknya. Taman itu terletak di sisi timur istana, tempat yang sempurna untuk melihat matahari terbit di antara hamparan mawar putih.
Mata Xienna berbinar melihat pemandangan di hadapannya. Ratusan mawar putih bermekaran, menguarkan aroma manis yang menenangkan. Embun pagi masih menghiasi kelopak-kelopak bunga, berkilau seperti berlian kecil tertimpa cahaya matahari.
Sementara Xienna tenggelam dalam kekagumannya, Xyon diam-diam memperhatikan. Menunggu momen yang tepat untuk menjalankan rencananya.
'Indah sekali...' Xienna membentuk isyarat, matanya menerawang menatap hamparan mawar. Ia begitu terpesona hingga tidak menyadari seringai Xyon yang semakin melebar.
Dalam sekejap mata, Xyon telah mengangkat tubuh Xienna. Sebelum gadis itu sempat bereaksi, mereka telah melayang di udara. Xienna refleks melingkarkan tangannya di leher Xyon, jantungnya berdebar kencang.
"Pemandangan dari atas lebih indah loh," bisik Xyon jahil.
Mereka terbang semakin tinggi, melewati menara-menara istana. Xienna memejamkan matanya erat, tidak berani melihat ke bawah. Namun Xyon justru terkekeh, menikmati reaksi kekasihnya.
Tiba-tiba, Xyon mendarat di atap istana tertinggi. Dengan lembut namun cepat, ia menurunkan Xienna dan... menghilang.
Xienna membuka matanya perlahan, hanya untuk mendapati dirinya sendirian di atas atap istana. Panik mulai menguasainya saat ia menyadari betapa tingginya ia berada.
'Xyon!' tangannya membentuk isyarat dengan gerakan panik. 'Ini tidak lucu!'
"Oh, tapi ini sangat lucu, sayang," suara Xyon terdengar dari bawah. Vampir itu melayang santai di udara, cukup jauh dari atap tempat Xienna berdiri.
'Turunkan aku!' Xienna memberikan isyarat dengan wajah cemberut.
"Hmm," Xyon pura-pura berpikir. "Bagaimana kalau kau melompat saja? Aku akan menangkapmu."
Wajah Xienna memucat. Ia menggeleng keras, mundur hingga punggungnya menempel di cerobong asap.
"Ayolah," Xyon menggoda. "Kau tidak percaya padaku?"
'Bukan begitu!' Xienna memprotes. 'Tapi ini terlalu tinggi!'
"Justru itu serunya," Xyon menyeringai. "Aku janji akan menangkapmu. Kapanpun kau siap."
Xienna menatap Xyon dengan campuran kesal dan takut. Ia tahu kekasihnya tidak akan membiarkannya terluka, tapi tetap saja...
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Is Obsessed With Me
Roman d'amourPertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...