Waktu menunjukkan hampir tengah malam ketika pesta kedewasaan Putri Phelia mulai mencapai penghujungnya. Para tamu mulai berpamitan satu per satu, meninggalkan aula yang masih berkilauan oleh cahaya ribuan lilin kristal.
Xienna berdiri di samping Xyon, berusaha menjaga posturnya tetap tegak meski kakinya mulai gemetar. Sepatu berhak tinggi yang ia kenakan, meski indah dengan hiasan kristal dan permata, mulai terasa seperti alat penyiksa bagi kakinya yang lelah setelah berjam-jam berdansa dan menyambut tamu.
Xyon menyadari kelelahan kekasihnya. Ia bisa melihat bagaimana Xienna sesekali menumpukan berat tubuhnya pada satu kaki, lalu berganti ke kaki lainnya. Meski begitu, senyum manis tak pernah lepas dari wajah cantiknya saat memberi hormat pada tamu-tamu yang berpamitan.
'Kau lelah?' tangan Xyon bergerak membentuk isyarat yang hanya bisa dilihat Xienna.
Xienna menggeleng pelan, tidak ingin mengakui kelelahannya. Namun tubuhnya mengkhianati niatnya - saat melangkah untuk memberi hormat pada tamu terakhir, kakinya goyah. Ia nyaris terjatuh kalau saja tangan Xyon tidak sigap menahannya.
"Sudah cukup," bisik Xyon lembut. Tanpa peringatan, ia mengangkat tubuh Xienna dalam gendongannya. Satu tangan menopang punggung, sementara tangan lainnya berada di bawah lutut Xienna.
Xienna terkesiap, wajahnya seketika merona merah. Tangannya refleks melingkar di leher Xyon. Ia membentuk isyarat panik dengan satu tangannya, 'Xyon! Ini di depan umum!'
"Aku tidak peduli," Xyon tersenyum, melangkah mantap menuju pintu keluar. "Kau kekasihku, dan aku tidak akan membiarkanmu memaksakan diri."
Para tamu yang masih tersisa berbisik-bisik penuh kekaguman melihat pemandangan itu. Sang Kaisar Vampir yang agung, menggendong kekasihnya dengan penuh kelembutan - sebuah pemandangan yang menghangatkan hati sekaligus menunjukkan betapa dalamnya cinta di antara mereka.
Kereta kuda kerajaan telah menunggu di halaman depan. Dengan hati-hati, Xyon membawa Xienna masuk ke dalam kereta yang dilapisi beludru ungu mewah. Ia mendudukkan Xienna di sampingnya, lalu memberi isyarat pada kusir untuk berangkat.
Di dalam kereta yang bergerak tenang, Xienna akhirnya bisa melepaskan sepatunya. Ia menghela napas lega saat kakinya terbebas dari kungkungan sepatu kristal itu. Xyon tersenyum melihatnya, lalu dengan lembut menarik kaki Xienna ke pangkuannya.
"Biar kupijat," ujarnya sambil mulai memijat telapak kaki Xienna dengan gerakan ahli.
Xienna hendak protes, tapi sentuhan Xyon terasa begitu menenangkan. Perlahan, matanya mulai terasa berat. Kombinasi dari kelelahan setelah pesta dan pijatan lembut Xyon membuatnya mengantuk.
Xyon mengamati saat kepala Xienna mulai tertunduk. Dengan gerakan halus, ia menarik tubuh mungil itu mendekat, membiarkan Xienna bersandar pada dadanya. Aroma mawar dan vanilla menguar lembut dari rambut keemasan Xienna yang kini tergerai bebas.
"Tidurlah, sayangku," bisik Xyon, mengecup puncak kepala Xienna. Tangannya bergerak membelai rambut keemasan itu, mengagumi bagaimana helaian-helaiannya berkilau tertimpa cahaya bulan yang mengintip dari jendela kereta.
Xienna sudah terlelap sepenuhnya sekarang. Wajahnya yang damai dalam tidur membuat hati Xyon menghangat. Betapa ia mencintai gadis ini - gadis yang telah membawa warna ke dalam hidupnya yang panjang dan sepi.
Sepanjang perjalanan pulang ke istana, Xyon tidak pernah berhenti memandangi wajah tidur kekasihnya. Sesekali ia mengecup lembut rambut Xienna, menghirup dalam-dalam aroma yang telah menjadi candu baginya. Tangannya tak henti membelai rambut keemasan itu, seolah takut Xienna akan menghilang jika ia berhenti menyentuhnya.
"Aku mencintaimu," bisiknya pelan, kata-kata yang tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan perasaannya yang begitu dalam.
Kereta terus melaju dalam keheningan malam, membawa sepasang kekasih yang telah menemukan kesempurnaan dalam pelukan satu sama lain. Bulan purnama di langit seolah tersenyum, menjadi saksi bisu atas cinta yang begitu murni dan dalam.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Is Obsessed With Me
Roman d'amourPertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...