BAB 8

9 0 0
                                    

BAB 8
Naik Kelas lagi​

Sepulang dari liburan, kami langsung mendarat di apartemen baruku di Sudirman. Apartemen ini dulunya milik konglomerat terkaya sepanjang sejarah Indonesia, namun saat perang saudara, Beliau dieksekusi mati karena pengkhianatan negara . Seluruh hartanya dirampas negara dan sejak itu, apartemen ini sudah beberapa kali berganti tangan dan akhirnya jatuh ke tanganku. Kurasa aku harus menuruti semua kehendak panglima jika aku ingin apartemen ini tetap menjadi miliku. Tidak hanya apartemen di lantai rooftop ini, aku juga berhak atas seluruh gedung apartemen ini yang artinya aku boleh menempatkan siapa saja gedung apartemen ini. Ada sekitar 250 kamar mewah dan setengah diantaranya masih kosong. Haha, kurasa impian punya istri segudang bisa menjadi kenyataan.

Roro sangat menyukai apartemen baruku. Aku berjanji akan kemari paling tidak sehari seminggu karena aku juga harus menjenguk istriku di pondok indah. Roro mengerti, asal aku tidak lupa dengan uang belanjanya. Aku setuju dan sangat memuji kejujuran Roro yang langsung ke poin tanpa malu-malu. Aku pulang ke rumahku di pondok Indah , dimana Istri-istriku sudah menunggu. Untungnya aku sudah membawa oleh-oleh yang sangat banyak untuk mereka. Termasuk perhiasan senilai ratusan juta rupiah.

“Yey Papi pulang!! Papi pulang!!” Aku mendengar suara istriku Loren. Rupanya kelima istriku sudah berbalis di helipad belakang rumah, dengan perut besar mereka. Mertuaku, Papa dan Mama Tania ternyata juga sudah menunggu disana. Untungnya aku juga membawa oleh-oleh untuk mereka.
“Pak. Bu” Aku menyalami keduanya. Papa Tania menepuk pundakku dan berkata
“Gimana dinasnya? Aman? Atau ada hambatan disana?”Tanya Beliau
“ Ah enggak kok Pak. Semuanya Aman dan lancar kok.” Jawabku.
“bagus-bagus! Siapa dulu, menantuku .... “ Dan kami berdua pun tertawa. Yang lain pun ikut tertawa. Kami beramai-ramai masuk ke dalam, dimana makan malam yang lezat sudah menyambutku. Kami makan malam bersama, sementara di rumahku yang satunya, Mina sudah membayar chef terkenal untuk memasakkan makan malam Roro. Aku ingin ia bergabung disini , namun aku tidak yakin apakah istri-istriku akan menerimanya.
“Sayang kamu kok melamun? Kamu pasti capek ya abis terbang jauh?” Tanya Tania saat ia tahu jika aku sedang melamun.
“Ah, iya nih sayang. Biasa , kayak kita ke Bali waktu itu. Kepalaku suka puyeng kalo terbang lama-lama. Apalagi tadi transitnya sebentar.” Jawabku santai. Tania tertawa namun istriku Loren tahu aku berbohong. Ria juga tahu . Tapi mereka berdua takut sakit hati jadi mereka tidak pura-pura tidak tahu.

Tania mungkin akan melahirkan beberapa hari lagi. Istriku yang lainnya mungkin akan menyusul setelahnya. Beruntung Orang tua Tania bilang mereka siap mambantu jika aku memerlukan mereka. Dan aku pasti butuh bantuan karena sudah pasti aku akan sangat keteteran. Malam itu, aku tidur sekamar dengan Tania. Dengan polosnya ia tersenyum ketika aku mengecup bibirnya dan mengatakan,

“ Selamat tidur sayang “ Hmmm, Andai ia tahu apa yang aku lakukan selama liburan.

Aku berangkat lebih pagi karena aku ingin sarapan bersama istri baruku Roro. Untungnya dirumah ini kami sudah terbiasa sarapan pagi-pagi sekali jadi aku bisa berangkat pukul tujuh. Kantor masuk pukul delapan namun karena aku bangsawan, peratusan itu tidak berlaku untukku. Ketika sampai di apartemen Roro, rupanya ia masih terlelap tidur. Kukecup pipinya sehingga ia terbangun dengan wajah polosnya.

“Ngggh?? Pagi sayang.... “ Ucapnya malu-malu.
“ Aku siapin sarapan ya sayang..” bisikku pelan. Roro segera bangun dan menjawab
“Enggak! Enggak! Masa kamu yang siapin sarapan. Biar aku yang siapin! Yuk kita ke dapur” Roro segera bangun dari tempat tidur dan kami berpindah ke dapur untuk sarapan. Untungnya tidak butuh waktu lama untuk menyiapkan sarapan yang lezat . Tak sampai sepuluh menit, Roro sudah menyiapkan nasi goreng untuk kami berdua.

“ Yuk dimakan sayang...”ucapnya lemah lambut. Langsung kulahap nasi goreng buatan Roro dengan lahap walaupun dirumah tadi aku juga sudah makan banyak. Roro tersenyum puas melihat aku memakan masakannya dengan lahap.
“tambah lagi ya , tuh masih banyak kok “ tanpa ragu-ragu , aku mengambil nasi goreng lebih banyak lagi karena aku memang masih lapar. Aku bahkan mengambil untuk jatah makan siang. Roro tertawa geli. Sebelum berangkat , ia mencium bibirku sekilas lalu berbisik
“ met kerja ya sayang “ Dan aku pun berangkat ke kantor. Aku pulang lebih cepat dari biasanya karena setiap sore hari , aku selalu mampir ke rumah Roro untuk mandi , lalu mencumbu dan meniduri tubuh sempurnanya. Saat malam hari , aku mengurus kelima istriku dengan memanjakan mereka dan sesekali mengajak berbelanja di Mall terdekat.

petualangan birahi (20+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang