Perasaan Tzuyu saat ini tidak seperti yang ia lakukan, nyatanya dia takut, dia tidak menikmati, dia merasa buruk saat ini. dia membalas ciuman Sana hanya untuk mengulur waktu hingga wanita yang ternyata iblis itu lengah
"kamu bakal suka sama sentuhan saya, Tzuyu." bisik wanita itu sensual, lalu mengecup, menyesap perlahan daun telinga Tzuyu
sementara tangan nya sibuk mengerayangi dada dan menyusup kedalam rok Tzuyu, jarinya turut menari bak seorang pianist sedang memainkan piano
Kewarasan Tzuyu kembali saat tangan kecil namun berurat milik Sana menelusup ke bagian punggungnya, dengan tenaga yang tersisa diapun mendorong Sana hingga menciptakan jarak antara mereka
Tatapan Sana yang semula sayu dan penuh gairah kembali menjadi tatapan yang tidak bersahabat karna gadis itu menganggu kegiatan nya
"kak please, biarin aku pulang..." wajah Tzuyu terlihat memelas, nampaknya dia sudah tidak bisa melakukan hal apapun selain memohon, tenaga nya sudah habis, kemeja ny
"nggak akan tzuyu, saya belum selesai!"
Sana menggeleng pelan tanpa menatap Tzuyu, tangan nya bergerak cepat untuk mencari pengait bra Tzuyu dan melepaskan nya
Tzuyu yang menyadari tujuan Sana, langsung saja menggeser tubuhnya ke kiri-kanan dan semakin merapatkan posisinya ke dinding agar Sana tidak berhasil melepaskan bra nya
"bisa diem gak kamu!??"
Sana yang sudah merasa Tzuyu sangat mengganggu, seketika membentak gadis itu; dari intonasinya, jelas wanita itu terdengar sangat kesal
Namun ekspresinya tidak bisa dibaca oleh Tzuyu
Tzuyu kaget, mereka saling menatap untuk beberapa saat. tak lama, Sana memutus kontak mata mereka kemudian beranjak dari paha Tzuyu
Wanita itu berdiri menatap Tzuyu yang sedang memeluk lututnya, entah apa yang ia pikirkan. tetap saja ekspresinya sulit diterjemahkan oleh Tzuyu
"kamu yakin pulang dengan keadaan kayak gitu? kancing seragam kamu lepas karna saya tadi. "
Tzuyu bungkam, semua kejadian tadi terlalu cepat untuknya, kaget, sakit, takut, marah, jijik.. jadi satu
Semua emosi itu seperti melebur menjadi satu dan mengalir memenuhi setiap jengkal rongga perasaan Tzuyu. semuanya membuat Tzuyu merasa sesak.
haruskah ia menangis??
Rasanya sampah banget jika ia harus keliatan lemah di depan iblis berwujud malaikat seperti Sana.
tidak, tidak boleh ada airmata yang keluar.
"kamu mandi ya? pakai baju saya dulu, nanti saya antar kamu pulang."
——————
"minggu depan kamu kesini lagi ya, balikin baju saya yang saya pinjemin ke kamu..
— saya tunggu."
Senyum yang Sana tunjukan pada Tzuyu sebelum menutup pintu unit apartnya 5 menit lalu terus terbayang dipikiran Tzuyu.
Tzuyu.. tidak menyukai wanita itu kok, tidak, tidak seperti itu, tidak akan terjadi, tidak akan pernah.
rasanya ia trauma.
namun, hanya saja.. disaat wanita itu tersenyum seperti tadi, rasanya dia bukanlah seorang iblis yang beberapa saat lalu mencoba melakukan sesuatu padanya???
Tzuyu tentunya tidak diantarkan oleh Sana, melainkan Tzuyu pulang dengan naik taksi. gadis itu terus menatap jendela seakan itu adalah objek yang paling menarik, tapi nyatanya pikiran Tzuyu sedang menerawang jauh.
semua kejadian yang hari ini terjadi— ralat, kejadian antara dirinya dan Sana, semuanya terlalu cepat, rasanya ia seperti sedang dipermainkan oleh takdir
Setelah membayar taksi, Tzuyu mengucapkan terima kasih kemudian turun. dia butuh istirahat saat ini
"loh, Chaeng?"
Si gadis yang agak pendek, Chaeyoung, menunjukan cengiran nya.
Tzuyu berjalan mendekat ke Chaeyoung
"aku manggil kamu daritadi ga dibukain, ternyata kamu baru pulang."
Tzuyu tersenyum tipis, "iyanih, aku habis benerin layar hpku.. soalnya jatoh terus layarnya jadi item semua." jawab Tzuyu yang tentunya berbohong
Biarpun dia mempercayai Chaeyoung, dia tak mungkin menceritakan semuanya dalam keadaan perasaan nya yang kacau.. dia tidak yakin jika Chaeyoung hanya sekedar mendengarkan.
Sahabatnya itu pasti akan berbuat sesuatu.
Dan tentu saja, mama nya pasti kecewa jika ia mengetahui semua ini, yang jelas dia harus mengakhiri semua ini secepatnya.
sebelum takdir mempermainkan nya lebih jauh lagi.