Bab. 6 : Waktu yang kacau

43 12 0
                                    

Kali ini aku benar-benar sudah pulang.

Kembali ke tempat hangat yang aku rindukan. Tidak ada alien, serangan, maupun kembaran saudaranya sendiri.

"Halilintar, ada apa? Kau belum menyentuh makananmu sama sekali?" tanya Gempa heran.

"Eh?"

Aku menatap piring di depan, makanannya masih tersusun rapih, tanda belum disentuh sama sekali.

Tanpa banyak bicara lagi, aku segera menyuapkan makanan itu ke mulut. Mencoba tak menghiraukan pandangan aneh dari saudaranya.

"Kau sungguh pendiam hari ini," gumam Gempa.

"Bukankah dia memang pendiam?" sambung Taufan mengatakan fakta sebenarnya.

"Aku tau, tapi ... Rasanya agak berbeda."

"Diamlah."

Sebelum keadaan semakin berisik, aku kembali melontarkan kembali kata yang sudah kutahan sejak lama. Ya, setidaknya saat di dunia asing itu.

Keheningan kembali melanda, membuatku merasa kurang nyaman. Apa mungkin aku terlalu keras? Atau mungkin aku sudah melewatkan hal penting?

"Hei, kalau ada yang ingin kau bicarakan katakan saja. Wajahmu terlihat seperti robot rusak, kau tau?" ujar Gempa saat hendak mencuci piringnya.

"Hah?! Robot?!"

"Yah ... Habisnya wajahmu terlihat sedang memikirkan sesuatu yang rumit, tapi sepertinya kau kesulitan menemukan jawabannya bukan?" Gempa terkekeh sambil menunjuk ke arah wajahku.

Aku melihat sekeliling, memastikan tak ada satupun yang didekatnya. "Tidak ada, aku hanya penasaran apa yang terjadi kemarin?"

Tidak peduli dengan pandangan aneh yang dilemparkan Gempa, yang terpenting bagiku adalah mendapatkan jawaban tanpa mengatakan hal gila, seperti berkata 'aku dari masa depan' atau mungkin bertemu alien dan sebagainya.

"Kau tak ingat? Kemarin kau baru saja berkelahi dengan para pengganggu itu," jelasnya singkat.

Aku mencoba memutar kembali memori lamaku. Jika ingatanku benar, maka sekarang aku berada di waktu dimana Gempa dibully, yang artinya ini berdekatan dengan kejadian Blaze teracuni.

Cih, menyebalkan.

Ini terlalu dekat. Bagaimana bisa aku menemukan pecahan benda yang diminta robot itu, sekaligus mencegah kejadian keracunan itu?

"Apa boleh buat, aku keluar sebentar."

"Eh? Hali?"

.

.

.

.

Tanpa bertele-tele, aku akhirnya sudah berjalan keluar rumah, bahkan sudah cukup jauh sehingga mustahil diikuti saudara sendiri.

Di saat ini, Abang tertua dan Atok sedang keluar kota, dan akan kembali 2 minggu lagi. Lalu, besoknya akan ada kejadian Blaze diracuni.

Jika itu terjadi, Solar bisa saja akan menghilang dan tergantikan oleh Solar dari dunia lain. Jika itu terjadi, semua hal yang kulakukan akan sia-sia.

Dan pada akhirnya, semua tragedi dan kejadian tak menyenangkan itu akan terulang kembali. Mana mungkin aku biarkan!

"Oh, nak Hali," sapa Kumar, yang kebetulan sedang lewat taman.

"Omong-omong ini uang untuk kalian, Atok dan Abang tertuamu yang menitipkan padaku," ujarnya lagi sembari menyerahkan beberapa lembar uang kertas.

"Ah, Makasih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANG PETIR BERAJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang