Bab. 1 : Halilintar

743 64 30
                                    

Gelap

Itu adalah sensasi pertama yang ia rasakan.

Gemetar, namun bukan karena rasa takut. Melainkan sesuatu yang lain.

Percikan merah seperti tali yang kokoh terlihat, menari-nari di hadapannya.

Dan di topinya terdapat lambang petir berwarna merah.

Ya, dan dia adalah Halilintar tahap kedua dari elemen petir.

Tapi ...

Ada sesuatu yang salah dengannya, seolah dia adalah orang yang berbeda.

.

.

.

.

SANG PETIR BERAJA
Fanfic by: HGsakuni

Cerita asli dari imajinasi author, kecuali karakter Boboiboy dan kawan-kawan.

.

.

.

.

"Ugh, aku ... Masih hidup?"

Anak berbaju hitam kemerahan itu akhirnya terbangun setelah lama tidak sadarkan diri.

Ia berusaha bangun, namun tangannya tertahan oleh sesuatu. Rasanya ia sedang digenggam erat oleh seseorang. Halilintar menoleh untuk melihat siapa pelakunya, dan rupanya anak itu adalah Taufan. Dan dibelakangnya terdapat Gempa dan Solar yang terlelap di sofa, menunggu ia kembali sadar.

Tapi ... Ada yang aneh. Sejak kapan rumah sakit ini memiliki tembok besi? Tidak hanya itu, semua alat di sini terlihat lebih canggih dari yang ia tau.

"Hmm? Sudah jam berapa ini?" Anak berbaju biru itu mengusap matanya yang masih mengantuk.

Terlihat dirinya yang agak lusuh dan kotor. Ia mengangkat salah satu tangannya yang terdapat arloji untuk melihat waktu saat ini.

Mata yang sejak tadi terfokuskan ke benda itu, beralih menatap mata Halilintar yang sudah terbuka. Manik biru sapphire itu menatap anak di depannya dengan bahagia, lalu segera berdiri dan berteriak memberikan pengumuman.

"SEMUANYAAA HALILINTAR SUDAH BANGUN!"

Dan teriakannya sukses membangunkan dua anak yang tadi tertidur, sekaligus mendatangkan tamu baru.

Wuuuzzzz


Pintu kamar langsung terbuka. Terlihat Ais yang diseret Blaze ke dalam ruangan, diikuti Duri dengan wajahnya yang sedikit kotor sehabis makan.

"Yey~ Hali dah bangun!"

"Ish, kupikir kau akan tertidur lama seperti Ais."

"Berhentilah bicara seperti itu, seolah aku pemalas, Blaze."

"Hei, Diamlah! Masih pagi! Bagaimana jika Laksamana mendengarnya?" protes Solar mulai emosi.

"Habisnya, mau gimana lagi. Ini kabar yang bagus bukan? Tentu saja harus dirayakan seramai mungkin," balas Taufan dengan tawa khasnya.

SANG PETIR BERAJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang