Dekat nya hati

20 9 0
                                    

Minggu-minggu berlalu sejak malam pertama Nathan dan Alana di taman. Setiap malam, mereka bertemu di atap atau taman, berbagi tawa dan cerita, dan semakin dekat satu sama lain. Alana merasa seolah-olah setiap momen bersama Nathan adalah bagian dari petualangan yang tak terduga, penuh warna dan keajaiban.

Suatu sore, Alana mengajak Nathan ke kafe kecil di sudut kota yang terkenal dengan suasana hangat dan kopi terbaik. Ketika mereka duduk di luar, di bawah naungan pepohonan yang rimbun, Alana memesan secangkir cappuccino sementara Nathan memilih cokelat panas.

"Ini adalah salah satu tempat favoritku," kata Alana, memandang sekeliling dengan senyum lebar.

"Tempat ini selalu membuatku merasa nyaman."

"Sepertinya tempat ini punya banyak cerita," jawab Nathan, memperhatikan Alana dengan saksama.

"Dan kamu pasti punya banyak cerita untuk dibagikan."

Alana tertawa. "Tentu saja! Tapi aku ingin mendengar cerita-cerita dari bintangmu."

Nathan merasa hangat mendengar kata-kata Alana. Dia mulai menceritakan kisah-kisah dari teleskopnya, berbagi fakta-fakta menarik tentang bintang dan planet. Alana mendengarkan dengan penuh perhatian, matanya berkilau seolah-olah dia benar-benar terpesona.

"Aku merasa seolah-olah aku bisa melihat dunia lain saat mendengar ceritamu," ungkap Alana.

"Bintang-bintang itu seperti kunci untuk membuka imajinasiku."

"Dan kamu adalah inspirasiku," balas Nathan, tanpa berpikir panjang. Dia merasa gugup setelah mengucapkannya, tetapi saat melihat senyum Alana, dia tahu kata-katanya tidak sia-sia.

Sore itu menjadi momen yang mendekatkan hati mereka. Setelah menikmati kopi, mereka berjalan-jalan di taman, bercanda tentang segala hal, dari film favorit hingga makanan yang paling mereka suka. Alana bercerita tentang bagaimana dia mulai melukis, mengungkapkan keinginan untuk mengekspresikan emosinya melalui warna.

"Setiap lukisan adalah cerminan dari apa yang aku rasakan," kata Alana, matanya bersinar.

"Ketika aku melukis, aku merasa bebas."

"Aku bisa merasakannya dalam karyamu," jawab Nathan.

"Bisa dibilang, kamu adalah bintang di langitku."

Alana tertawa. "Jadi, kamu ingin jadi astronot sekarang?"

Nathan menggigit bibirnya menahan tawa. "Mungkin. Tapi aku lebih suka jadi pengamat bintang yang mendukung pelukis cantik."

Saat malam mulai menyelimuti langit, mereka kembali ke atap rumah Nathan. Nathan mengeluarkan teleskopnya dan mulai menunjukkan bintang-bintang yang bersinar di atas. Nathan terpesona melihat Saturnus dan cincin-cincinnya.

"Lihat! Itu Saturnus!" seru Nathan, matanya berbinar.

"Sangat cantik, kan?"

"Wow! Ini luar biasa!" jawab Alana, terpesona.

"Aku tidak pernah membayangkan bisa melihatnya dari dekat seperti ini."

Malam itu terasa magis. Mereka duduk berdampingan, berbagi keheningan yang nyaman sambil mengamati bintang-bintang. Nathan mencuri pandang ke arah Alana, merasa seolah-olah hatinya dipenuhi oleh perasaan yang semakin mendalam.

Tiba-tiba, Alana berbalik. "Nathan, apa kamu percaya pada cinta sejati?"

Pertanyaan itu membuat Nathan terkejut. Dia tidak menyangka Alana akan membahas topik yang begitu dalam.

"Aku ingin percaya. Tapi itu sulit."

Alana mengangguk, matanya tajam menatap Nathan. "Bagaimana jika cinta sejati itu seperti bintang? Mungkin kita tidak selalu bisa melihatnya, tapi kita tahu ia ada."

Cinta di atas bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang