Chapter 8

142 14 1
                                    

“Permisi Nyonya dan tuan muda, teh dan kudapannya sudah siap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Permisi Nyonya dan tuan muda, teh dan kudapannya sudah siap.” Kedatangan Victor membuat Kamaniya menghela napas lega. Setidaknya ia bisa lolos dari tatapan Camelia yang menghunus penuh kebencian itu.

Kamaniya memeta penampilannya. Memeriksa dengan jeli apa ada kesalahan hingga Camelia memberikan tatapan seperti tadi.

“Ayo kita bicara di belakang,” pinta Camelia kepada Rama.

“Sebentar, Ma.” Rama menolak karena masih ingin berbincang dengan Kamaniya. Beberapa hari ini memang pesan Rama tidak dibalas oleh wanita itu. Tentu saja, Kamaniya tidak sempat membalas setelah melewati hari yang di luar dugaan.

“What do you want to do, Rama?” Mata Camelia melotot pada putranya, menegaskan jika tidak ingin dibantah.

Memilih untuk pergi dari suasana yang canggung itu, Kamaniya menghampiri Victor. Sambil berbisik, ia berucap, “Pak, toilet di mana ya?”

“Oh toilet di sebelah sini, Nona. Dekat taman kaca.” Dengan sigap Victor menunjukkan jalan kepada Kamaniya.

“Terima kasih,” ucapnya sambil berlalu pergi.

Rama masih diam di tempat sambil menatap punggung Kamaniya yang semakin menjauh. Dalam diam, Camelia menyadari tatapan putranya.

“Kamu mengenalnya?” tanya Camelia yang kemudian membuat Rama menoleh.

Kepala Rama menggeleng spontan. “Nggak kok, Ma. This is first time i see her.” Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk lesung di salah satu pipi. Buru-buru ia menggandeng sang ibu untuk mengalihkan perhatian dari Kamaniya. “Apa yang mau Mama bicarakan sama aku?”

Di tempat yang berbeda, Kamaniya berulang kali menarik napas dalam lalu membuangnya kasar. Menurut banyak orang, kegiatan itu bisa mengurangi rasa gugup yang menyelimuti hati.

“Hah. Andai ibu ada di sini,” gumam Kamaniya seorang diri. Teringat akan sang ibu, ia mengambil ponsel dari dalam tas kemudian mengambil gambar pemandangan Luna Hotel Jimbaran dengan angin sepoi-sepoi yang menerbangkan dedaunan.

Deretan bangunan kaca dengan atap kayu yang bisa direservasi untuk makan siang atau kegiatan lainnya berdiri kokoh di sepanjang kolam laguna. Pun pepohonan yang rindang menambah suasana menjadi lebih teduh dan nyaman.

Beberapa bean bag yang tertata di pinggir kolam renang model laguna tampak kosong tidak bertuan. Sepertinya pihak hotel sengaja mengosongkan area tersebut, karena ada pertemuan keluarga Aditama. Namun, jika sedikit melongok ke bawah, maka akan ditemukan banyak turis lokal maupun asing yang sedang bersantai di pinggir kolam seraya menikmati pemandangan dan meneguk minuman mereka.

Senyum tipis Kamaniya terbit setelah menghentakkan jemari di layar ponsel. Beberapa hari ini banyak hal yang diceritakan kepada mendiang sang ibu. Mulai dari kedatangan Madam Lola, hutang Bibi Freya sampai tawaran mengejutkan dari Narendra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Billionaire's Sexy AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang