Setelah dua jam berburu di hutan terlarang, Xyon kembali dengan membawa dua ekor rusa hasil buruannya. Meski dahaganya sudah terpuaskan dengan darah hewan lain, dia tetap membawa rusa-rusa ini khusus untuk Xienna.
"Tolong siapkan ini menjadi sup," perintahnya pada koki istana. "Gunakan resep khusus yang biasa disukai Nona Xienna."
Sambil menunggu sup dimasak, Xyon membersihkan diri dan berganti pakaian. Hatinya sudah tak sabar untuk kembali ke sisi kekasihnya. Namun baru saja dia hendak melangkah ke arah dapur untuk mengecek sup, Callum muncul dengan wajah panik.
"Yang Mulia!" serunya terengah. "Nona Xienna... dia..."
Jantung Xyon seolah berhenti berdetak. Tanpa menunggu Callum menyelesaikan kalimatnya, dia melesat secepat kilat menuju kamar Xienna.
Pemandangan yang menyambutnya membuat darahnya membeku. Xienna terbaring dengan wajah merah padam, napasnya pendek dan cepat. Keringat membasahi gaun tidurnya, dan ketika Xyon menyentuh keningnya, panas yang dia rasakan membuatnya tersentak.
"Apa yang terjadi?" tuntut Xyon, matanya berkilat berbahaya.
"Sa-saya tidak tahu, Yang Mulia," Callum yang baru tiba menjelaskan dengan tergesa. "Tiba-tiba saja tubuhnya panas seperti terbakar. Saya sudah mencoba memberikan beberapa ramuan penawar demam, tapi tidak ada yang berhasil."
Xyon duduk di tepi ranjang, tangannya yang dingin membelai wajah panas Xienna. "Sayang, ada apa denganmu?" bisiknya cemas.
Ruby di leher Xienna berkilau aneh - tidak redup seperti biasanya, tapi juga tidak terang. Kilaunya berkedip-kedip tidak teratur, seperti api yang tertiup angin.
"Panggil tabib!" perintah Xyon. "Panggil semua tabib yang ada di istana!"
"Sudah saya lakukan, Yang Mulia," jawab Callum. "Mereka sedang dalam perjalanan."
Xyon menggenggam tangan Xienna yang terasa seperti bara api. "Bertahanlah, sayangku," bisiknya panik. "Kumohon bertahanlah."
Para tabib istana mulai berdatangan. Satu per satu mereka memeriksa kondisi Xienna, tapi tak ada yang bisa memberikan jawaban pasti.
"Ini bukan demam biasa," ujar tabib kepala dengan wajah serius. "Ada sesuatu... sesuatu yang tidak biasa."
"Apa maksudmu?" desak Xyon.
"Panasnya... terlalu tinggi untuk ukuran vampir," tabib itu menjelaskan. "Bahkan untuk standar manusia sekalipun. Seharusnya dengan suhu setinggi ini, organ dalamnya sudah..."
"Jangan berani-berani melanjutkan kalimat itu," potong Xyon dingin, membuat tabib itu mundur ketakutan.
Xyon kembali fokus pada Xienna. Dengan lembut, dia mengambil kain basah dan mengompres kening kekasihnya. "Aku di sini, sayang," bisiknya. "Aku tidak akan ke mana-mana."
"Yang Mulia," Callum memberanikan diri bersuara, "bagaimana dengan sup rusa..."
"Simpan untuk nanti," potong Xyon. "Kita harus menurunkan panasnya dulu."
Sepanjang malam, Xyon tak beranjak dari sisi Xienna. Dia terus mengompres tubuh kekasihnya, mengganti kain basah setiap beberapa menit. Para tabib silih berganti memberikan berbagai ramuan, tapi tak ada yang berhasil menurunkan panas tubuh Xienna.
"Kumohon," bisik Xyon, mengecup tangan panas Xienna. "Jangan menyerah. Kau sudah bertahan sejauh ini. Kau tidak boleh kalah oleh demam sialan ini."
Ruby di leher Xienna masih berkedip-kedip tak beraturan, seolah mencerminkan pergulatan yang terjadi dalam tubuhnya. Dan Xyon hanya bisa menunggu dalam ketakutan, berharap kekasihnya cukup kuat untuk melewati ujian ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/379495725-288-k241637.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Is Obsessed With Me
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...