Bab 46 : Apakah.. Aku Boleh Berharap Lagi?

21 2 0
                                    

Dalam keheningan pagi yang mencekam, Xyon menatap wajah pucat Xienna. Tangannya yang dingin mengusap peluh di kening kekasihnya. Demam itu masih ada, sama seperti semalam - tanda bahwa nyawa Xienna masih berada di ambang batas.

"Maafkan aku," bisiknya lirih. "Aku harus melakukan ini... demi kita."

Dengan tangan gemetar, Xyon menggigit pergelangan tangannya sendiri. Darah pekat mengalir dari luka yang dia buat. Setiap tetes darah vampir itu mengandung kekuatan kutukan kuno - kutukan yang pernah dia gunakan sebelumnya untuk mengikat jiwa Xienna.

"Aku tau ini egois," dia berbisik sambil mendekatkan pergelangan tangannya ke bibir pucat Xienna. "Tapi aku tidak bisa kehilanganmu."

Dengan lembut, dia membuka mulut Xienna dan membiarkan darahnya mengalir masuk. Setiap tetes yang jatuh membawa harapan sekaligus ketakutan dalam hati Xyon. Kutukan ini adalah satu-satunya cara yang dia tau untuk menyelamatkan Xienna, tapi konsekuensinya berat - Xienna tidak akan pernah tau bahwa jiwanya terikat oleh kutukan vampir.

"Aku akan menanggung semua dosanya," Xyon berjanji dalam hati. "Aku akan menerima segala hukuman para leluhur vampir. Tapi kumohon... biarkan dia hidup."

Sinar matahari mulai merayap masuk melalui celah tirai, menyentuh ruby di leher Xienna yang masih berkedip lemah. Xyon menggenggam tangan kekasihnya, merasakan suhu tubuhnya yang masih terlalu tinggi.

"Bertahanlah," bisiknya. "Kumohon bertahanlah..."

Waktu terasa berjalan begitu lambat. Setiap detak jam terdengar seperti dentuman keras di telinga Xyon. Matanya tak lepas dari wajah Xienna, mencari tanda sekecil apapun bahwa kutukannya bekerja.

Di luar, badai salju mulai mereda, digantikan cahaya fajar yang menembus awan kelabu. Tapi keadaan Xienna belum menunjukkan perubahan. Demamnya tetap tinggi, nafasnya masih lemah dan tersengal.

"Apakah aku terlambat?" pikiran itu menghantuinya. "Ataukah kutukan ini sudah tidak bisa bekerja untuk kedua kalinya?"

Xyon mengepalkan tangannya hingga kuku-kuku jarinya memutih. Dia adalah raja vampir, penguasa kegelapan yang ditakuti. Tapi di hadapan penyakit yang menggerogoti kekasihnya, dia merasa tak berdaya.

"Aku sudah kehilangan terlalu banyak," bisiknya parau. "Orangtuaku, kerajaanku yang damai, kepercayaan rakyatku... tapi kehilanganmu?" Dia menggeleng pelan. "Itu akan menghancurkanku sepenuhnya."

Ruby di leher Xienna berkedip lagi, kali ini sedikit lebih kuat dari sebelumnya. Xyon menahan nafas, takut berharap tapi tak bisa menahan secercah optimisme yang muncul.

"Xienna?" panggilnya lembut, tangannya menggenggam jemari kekasihnya lebih erat. "Kau bisa mendengarku?"

Kelopak mata Xienna bergerak samar, dan Xyon merasa jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Dia menunggu, setiap detik terasa seperti selamanya, berharap kutukan itu berhasil menyelamatkan nyawa satu-satunya orang yang dia cintai.

Matahari semakin tinggi di langit, memancarkan cahaya keemasan yang hangat - kontras dengan ketegangan yang masih mencengkeram ruangan itu. Xyon tetap di sisi Xienna, tangannya tak lepas menggenggam tangan kekasihnya, menunggu dalam doa dan harapan yang tak pernah putus.

The Villain Is Obsessed With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang