Pagi itu, Xyon berdiri di dapur istana dengan celemek putih yang kontras dengan pakaian hitamnya. Tangannya yang biasa memegang pedang kini berlumuran tepung dan cokelat. Di hadapannya, sebuah kue berlapis tiga tengah dia hias dengan hati-hati.
"Semoga kau suka," gumamnya sambil menyelesaikan hiasan mawar dari buttercream berwarna merah muda - warna kesukaan Xienna. Sudah seminggu berlalu sejak malam mengerikan itu, sejak dia memberikan kutukan darahnya. Xienna masih belum membuka mata, tapi setidaknya demamnya sudah mulai turun.
Xyon mengambil strawberry segar dan meletakkannya dengan hati-hati di sekeliling kue. Dia ingat bagaimana Xienna selalu berbinar setiap kali melihat buah merah itu. "Kau tau," dia berbicara sendiri sambil tersenyum kecil, "dulu aku bahkan tidak tau cara memegang spatula dengan benar."
Memori manis melintas di benaknya - hari dimana Ivory mengajarinya membuat kue untuk pertama kali. Bagaimana gadis itu tertawa melihatnya berjuang dengan adonan yang lengket, bagaimana dia dengan sabar menunjukkan cara mengocok telur yang benar.
"Lihat sekarang," Xyon menambahkan sentuhan terakhir pada kue ulang tahun itu. "Aku sudah bisa membuat kue tiga tingkat. Semua berkatmu..."
Setelah yakin semuanya sempurna, Xyon membawa kue itu ke kamar tempat Xienna berbaring. Dia mendorong pintu dengan bahunya, hati-hati agar kue itu tidak terguncang.
Sinar matahari sore menerobos masuk melalui jendela besar, membuat rambut Xienna yang tergerai di bantal berkilau keemasan. Xyon meletakkan kue itu di meja samping tempat tidur, lalu duduk di tepi ranjang.
"Selamat ulang tahun, sayang," bisiknya lembut sambil menggenggam tangan Xienna. "Maaf aku tidak bisa memberimu pesta besar. Tapi lihat, aku membuatkan kue special untukmu."
Dia mengeluarkan korek api dan menyalakan lilin-lilin kecil di atas kue. Cahayanya menari-nari lembut, menciptakan bayangan yang bergerak di dinding kamar.
"Kau ingat ulang tahunmu tahun lalu saat kau adalah ivory?" Xyon tersenyum mengenang. "Kau memaksaku berdansa di tengah ballroom, padahal kau tau aku payah dalam berdansa. Tapi kau bilang tidak apa-apa jika aku menginjak kakimu, karena yang penting adalah moment bersamaku."
Air mata menggenang di sudut matanya, tapi dia tetap tersenyum. "Aku berjanji, tahun depan kita akan berdansa lagi. Kali ini aku janji tidak akan menginjak kakimu."
Ruby di leher Xienna berkedip pelan, seolah merespon kata-katanya. Xyon mengusap pipi Xienna yang sudah tidak sepanas sebelumnya.
"Kau tau apa yang kutulis di kue ini?" dia menunjuk tulisan dari cokelat di permukaan kue. "'Untuk Cahayaku'. Karena itulah dirimu bagiku, Xienna. Cahaya yang menerangi kegelapanku."
Xyon menggenggam tangan Xienna lebih erat. "Aku membuat semua ini sendiri lho. Strawberry-nya kupilih yang paling merah dan manis. Buttercream-nya juga kubuat dengan resep favoritmu. Dan lihat mawar-mawar ini," dia menunjuk hiasan bunga di kue, "butuh tiga jam untuk membuatnya sempurna."
Dia terdiam sejenak, memandangi wajah damai kekasihnya. "Aku tau kau tidak bisa memakannya sekarang. Tapi begitu kau bangun nanti, aku berjanji akan membuatkan yang baru untukmu. Lebih besar, lebih cantik, dan lebih enak dari ini."
Lilin-lilin di atas kue masih menyala, cahayanya memantul di ruby yang berkedip lemah. Xyon memejamkan mata, membuat permohonan dalam hati.
"Kumohon," bisiknya. "Untuk ulang tahunmu kali ini, aku hanya punya satu permintaan..." Dia mendekatkan tangan Xienna ke bibirnya, mengecupnya lembut.
"Kembalilah padaku."
![](https://img.wattpad.com/cover/379495725-288-k241637.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Is Obsessed With Me
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...