Prologue

20 0 2
                                    


Jangan terlalu ditelan, kau akan tenggelam. Cukup selami dan nikmati alur yang mungkin akan menjadi rumah sementara mu selama cerita ini berlangsung.

_ Leyyah Kale_



"Apa tujuan anda berdiri di tempat ini." ucap seorang pria berwajah sangar, menatap wanita yang tengah berdiri di hadapannya dengan penuh percaya diri.

"Menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat." Wanita itu menjawab dengan penuh percaya diri.

"Jiwa-jiwa yang tersesat? apa maksudnya?." Pria itu mengerutkan alis nya, nampak kebingungan dengan jawaban yang diberikan oleh Wanita itu.

"Mereka-mereka yang kehilangan. Kehilangan harapan,kepercayaan diri,dan bahkan rumah mereka sendiri." Nafasnya tercekat ketika kalimat itu berhasil keluar dari bibirnya. Suaranya serak dan kepercayaan dalam dirinya perlahan runtuh, seakan angin riuh baru saja menjatuhkannya.

Pria yang berdiri di hadapannya, bergerak maju ke depan, memastikan siswinya baik-baik saja selama prosesi wawancara. Pria itu melihat raut wajahnya yang lesu, gerakan tubuhnya yang tak lagi leluasa seperti sebelumnya.

"Apakah kamu baik-baik saja, Renjana?"

Wanita itu menganggukan kepalanya. Wanita itu kembali bangkit. Wajahnya yang lesu berubah seperti semula, beriringan dengan gerak tubuhnya yang lebih leluasa dibanding sebelumnya.

"Saya baik-baik saja, hanya tersulut emosi selama presentasi."

"Butuh air putih?." Pria yang berada di sampingnya menyerahkan sebotol air ke arah Renjana agar dia menerima nya dan membuatnya merasa lebih baik.

Renjana pun mengambil air botol itu lalu membuka Dan meneguknya sedikit demi sedikit.

Mustahil. Air itu menyembuhkan segalanya, termasuk rasa sesak yang dialami sebelumnya. Anaka pun menatap ke arah pria yang berdiri di sampingnya dan tersenyum,

"Makasih Yu". Wanita itu tersenyum sambil menepuk bahu pria yang bernama Banu Darmais. Seseorang yang selalu berada di sisi Renjana. Dia adalah asisten dosen sekaligus sahabat Renjana yang bersamanya selama satu dekade.

"Santai aja."

Wanita itu pun tersenyum, sebelum ia memulai presentasi. Situasinya menegangkan, untung nya Wanita itu bisa melaluinya dengan baik di menit terakhir, sehingga meninggalkan kesan baik untuk pria berwajah sangar yang sedari tadi sibuk mencoret-coret sesuatu di kertas sambil mengamati Wanita itu berbicara.

"Baik. Mari kita akhiri sidang ini, hasil akan diumumkan segera. Selamat untuk kamu Anaka, kamu berhasil melalui sidang hari ini dengan baik". Pria berwajah sangar itu lagi dan lagi mendekat, memberikan tepukan bahu yang kuat sambil menatapnya lekat.

"Saya harap kamu bisa melalui hal-hal itu dengan baik". Pria itu bergumam sebelum ia kembali ke tempat duduknya.

Wajah Wanita itu kembali menegang, timbul raut kebingungan dan kegundahan. Kalimat itu seakan memberi penegasan, bahwa pria itu tahu sesuatu tentangnya.

"Apa maksud dari kalimat itu? Apakah dia tahu sesuatu?."

Wanita itu menoleh ke arah pria tua itu, berusaha memahami kalimat yang dikatakannya kepadanya. Setiap bait kalimat yang diucap, membuat dirinya benar-benar mabuk hanya dengan memikirkannya. Tampak asing, namun terdengar begitu familiar hingga hatinya berdegup dengan sangat kencang seperti seseorang baru saja menancapkan panah di jantung nya. 


~~Renjana Astara Wijaya~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~Renjana Astara Wijaya~~

~~Renjana Astara Wijaya~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~Abimayu Adhimas~~


Halo para pengagum sajak, terimakasih yang berkenan hadir disini untuk meramaikan dan bersedia menyelami kisah ini dengan baik. Semoga tidak kehilangan arah ya, hati-hati!

~ Leyyah Kale

BreatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang