"Kebahagiaan semu yang sungguh".
-Naraska Aditama
Seorang pria duduk termenung di balik pintu, meringkuk sambil memeluk raganya. Dia tidak tahu apa yang terjadi malam ini, namun dia bisa menebak kalau malam ini akan ada pertunjukan yang menarik di rumahnya.
"Anak kayak Naras, ga seharusnya lahir ke dunia ini!". Wanita tua renta itu mencemooh dibalik pintu. Memarahi wanita tak berdaya yang tersungkur di lantai sambil menahan tangis.
"Seandainya Pram menikah dengan Ratih, mungkin anak ini tidak akan lahir! saya juga akan memiliki cucu yang normal seperti Aktavian"
"Jika saya bisa memilih, saya juga ingin putra yang normal seperti Akta!"
Satu kalimat itu, berhasil menguncang hati kecil Naras. Pasalnya, perkataan itu adalah titik puncak paling sakit yang diterimanya. Bagaimana tidak? Anak dari perempuan bernama Ratih itu adalah sahabatnya sendiri. Akta. Akta memang selalu menjadi kebanggaan siapapun, termasuk guru favoritnya. Siapapun pasti menyayangi Akta. Akta sempurna, baik fisik maupun mental. Tak hanya itu, finansial keluarga Akta pun tergolong atas, alias kaya raya. Nasibnya berbanding terbalik dengan kehidupan Naras. Utuh tapi Runtuh. Keluarganya harmonis, tapi tidak dengan kehadirannya. Sosoknya hanyalah bayang-bayang semu bagi keluarga Aditama.
"Seburuk itukah saya di mata keluarga ini? Kenapa mereka selalu membahas Akta dibandingkan saya?."
Suara itu menggema di telinganya. Kalimat penuh keraguan mulai menguasai raga nya, membiarkan sel-sel di tubuhnya menyerap kalimat negatif itu hingga membuat keraguannya semakin membesar.
Ditengah-tengah itu, tiba-tiba saja sinar aneh mulai terpancar melalui sudut kamar Naras. Perlahan-lahan cahaya itu memudar, memperlihatkan kelima sosok makhluk aneh yang melangkah kearahnya. Sosoknya semu, namun Naras masih bisa melihat dengan mata telanjang bahwa itu adalah bayangan manusia. Perawakannya jika tidak salah tebak adalah laki-laki. Pakaian yang dikenakan berwarna putih dengan celana panjang hitam dan sepatu pantofel yang menimbulkan suara nyaring membuat telinga Naras sakit karena bunyi itu.
"Naraska Aditama, ya?" Salah satu dari mereka menyerukan nama Naras. Wajahnya imut dan kecil, mirip seperti dirinya tapi bukan dirinya.
"Tentu saja dia,bodoh! lo seneng banget mempertanyakan hal bodoh?!". Salah satu dari mereka menyahut pria berwajah imut itu dengan tatapan kesal.
"Hehe.... maaf, basa-basi aja." Pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menatap Naras yang kebingungan. Pria itu mengulurkan tangannya dan kemudian berkata, "Perkenalkan namaku Saka, biasa dipanggil Asa, dan pria disebelahku adalah Jun, lalu yang disebelah kiri Jun adalah Janu, dan disebelah Janu adalah Harka dan Niko". Pria bernamakan Asa itu memperkenalkan sekumpulan pria yang tengah berdiri melingkari Naras.
"Salam kenal. Tapi kalau boleh tahu, kalian ini siapa ya? bagaimana kalian bisa tahu nama saya?"
"Bukan hal penting, sekarang ikut kami!" Naraska memiringkan kepala, nampak ragu untuk mengikuti mereka. Namun saat melihat uluran tangan Asa, hati nya tergerak untuk mengikuti langkah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe
FanfictionJangan terlalu ditelan, kau akan tenggelam. Jangan terlalu memaksakan diri untuk berdamai jika seisimu masih berantakan. Ancala Margahatma. Malaikat tak bersayap yang diutus semesta untuk menyelamatkan jiwa-jiwa kecil yang tersesat. Jiwa-jiwa yan...