" Perihal pejuang yang berjuang di medan perang, untuk meraih kemenangan."
Cuaca hari ini sangat mendukung para budak korporat untuk mencari cuan. Para pejuang berbondong-bondong mengerumuni gedung pencakar langit, mengharapkan diri mereka berperan di sana sebagai salah satu tokoh yang akan menempuh sebuah pekerjaan paling bergengsi.
"jaman sekarang dunia semakin miris. Pengangguran dimana-mana, nyari kerja susah, ditambah lagi derita budak korporat diperberat karena biaya rumah yang melonjak naik harganya." Gumam seorang wanita karier yang tengah sibuk mengurus berkas-berkas di tangannya.
Wanita bernama Renjana Widyakirana hanya menggelengkan kepalanya. Gadis itu melihat keramaian yang terjadi di kantor sebelahnya. Dimana para pejuang berjuang di tengah kerumunan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Jerih payah yang telah dituangkan selama penantian itu berlangsung dan kini saat nya mereka beraksi untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Panas terik telah dihantam sang pejuang, membiarkan wajahnya basah kuyup ditengah antrian panjang yang tak bergerak sedikit pun meskipun masyarakatnya berkurang.
Menyaksikan itu membuatnya meratap nasibnya sebagai tulang punggung keluarga yang harus mengais harta untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Sudah 25 tahun dirinya hidup, dan 5 tahun lebih dirinya menghabiskan waktu di ruangan bersekat kaca, berhadapan dengan berkas-berkas menyebalkan yang memenuhi tiap-tiap sudut meja kerjanya, Ancala juga harus menangani jiwa-jiwa yang kehilangan arah.
"gaya nya udah kayak budak korporat aja lu!" Sahut Banu yang tiba-tiba saja datang sambil menepuk pundak sahabatnya.
"Yang budak korporat itu yo aku mbak" Seseorang tiba-tiba saja menyela pembicaraan mereka, membuat keduanya menoleh ke arah sang pemilik suara.
Rembulan Dewikarana. Akrab disebut Kana. Wanita kelahiran kota istimewa yang hidup di tengah hiruk pikuk Ibukota. Kana merupakan staff atau pekerja tetap yang bekerja sama dengan klinik Renjana sebagai administratif.
"Aku yang tiap hari harus berurusan sama mbak, ngemis duit buat Indira makan." Ujar gadis itu menggelengkan kepalanya saat mengatakan hal itu karena terbayang-bayang bagaimana susahnya dirinya pada saat itu meminta sepeser uang untuk adiknya berobat kepada atasannya. Mengingat hal itu rasanya seperti akan mengeluarkan seluruh isian perutnya, karena betapa menyedihkannya dirinya dulu.
Sekarang, sosoknya yang paling diincar banyak perusahaan. Anjani menerima beberapa tawaran besar untuk diikuti, namun tidak satupun perusahaan yang ia terima. Rahayu terlalu nyaman dan aman bekerja disini.
" Tapi saya salut sama kamu na, bertahan kerja disini dari klinik masih sepi sampai ramai pengunjung kamu masih disini menemani saya dan Bayu. makasih ya?" Renjana menepuk bahu sang rekan dengan penuh kasih, dia senang memberikan afirmasi positif kepada para staf dan pekerja yang bekerja di klinik.
"Kamu keren!" Bayu mengedipkan satu matanya sambil menepuk bahunya.
Kana hanya tersenyum, saat teman-temannya menyerukan semangat untuknya. Semua itu memang benar adanya. Kini, hidupnya jauh lebih baik dari sebelum dia menginjakan kaki nya di tempat ini. Dia mampu memberi segala hal yang diinginkan untuk keluarganya, membiayai adiknya sampai tamat sekolah dan yang paling berkesan bahwa dirinya mampu membeli rumah pribadi untuk disinggahi keluarga nya. Hidup nya yang sebelumnya harus berpindah-pindah tempat, kini dia menetap di satu tempat yang mempertemukannya pada kebahagiaan yang sungguh. Yaitu, dengan terwujudnya rumah pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe
FanfictionJangan terlalu ditelan, kau akan tenggelam. Jangan terlalu memaksakan diri untuk berdamai jika seisimu masih berantakan. Ancala Margahatma. Malaikat tak bersayap yang diutus semesta untuk menyelamatkan jiwa-jiwa kecil yang tersesat. Jiwa-jiwa yan...