"CHICHU UNNNIEEEEEEE!!"
Teriakan menggelegar itu membuat orang-orang yang dibawah biasa saja. Ya biasa aja, soalnya udah biasa,"apalagi sih tuh dua bocah." Ujar Jisoo yang sedang menata makanan diatas meja.
"Sstttt." Jennie memberi isyarat pada Jisoo untuk diam.
"NINI UNNIEEEEEE!!" Teriakan itu terdengar sekali lagi, tapi kali ini Jennie lah yang terpanggil.
"Sudah biasa." Ujar Jennie pada Jisoo.
Hal itu membuat Yuri menggeleng saja, ini lah suasana pagi dirumahnya. Selalu ada teriakan, selalu ada yang menjengkelkan, hal itu tak bisa dihentikan karena itu sebuah kebiasaan.
"Hey, Rosé Lisa jangan berlari." Tegur Yuri yang melihat kedua anak kembarnya berlari turun kebawah.
"Selamat pagi Eomma, unnie- dul." Ucap mereka secara bersamaan. Ketiga orang itu hanya berdehem saja, tanpa mengeluarkan satu kata pun.
Keduanya duduk di kursi masing-masing, selagi menunggu sarapan siap mereka berdua asik menggoda Jennie.
"Unnie sangat cantik hari ini." Ujar Lisa menatap Jennie dengan tatapan menggoda.
Rosé mengangguk,"iya, unnie juga tinggi 2 cm hari ini."
Jennie sama sekali tidak menghiraukan ucapan kedua dik kembarannya,"hari ini unnie tidak ingin ikut campur."
Bahu keduanya melemas, mereka beralih menatap Yuri dengan tatapan seolah memohon,"eomma banyak pekerjaan hari ini."
Mereka menatap eomma dan Unnienya dengan tatapan sinis,"punya unnie tidak berguna, harusnya di apakan?" Mendengar itu Lisa mendekatkan jeweran dari Jennie.
"Aaaaaa unnie sakit." Rintih Lisa mencoba melepaskan tangan Jennie dari telinganya.
"Jennie-ya." Jennie melepaskan jewerannya karena teguran dari Yuri.
Dengan wajah memelas Lisa menatap Yuri,"eomma, sakit." Adunya.
"Salah siapa mengatakan itu." Ujar Jennie yang duduk lalu, beralih menatap Rosé.
Rosé segera menunjuk Lisa yang berada disampingnya, Lisa pula memukul tangan Rosé,"kenapa kau memukulku?"
"Karena kau tidak membelaku." Ucap Lisa melotot kearah Rosé
"Untuk apa aku membelamu." Tidak mau kalah Rosé berbalik menatap Lisa tanpa berkedip.
Dan sekarang ini keduanya saling menatap satu sama lain,"kalian berhenti atau tidak." Kini Jisoo membuka suara melerai aksi keduanya.
"Hari tidak ada yang boleh pergi, tidak ada bantahan sama sekali." Ucap Jisoo, dan tidak ada yang bisa membantah sekalipun itu kedua orang tuanya.
"Eomma." Ucap mereka secara bersamaan.
Yuri menggeleng, dia tidak bisa membantu kedua anak kembarnya itu. Seharusnya mereka hari ini pergi ke pasar malam, tapi hal itu dibatalkan karena kejadian tadi malam, ini adalah hukuman untuk mereka berdua yang mana semalam mereka bertengkar hanya karena seporsi mie. Jisoo dan Jennie berusaha melerai keduanya, tapi karena tidak mau menurut dan Rosé tidak sengaja memukul wajah Jisoo. Jadilah mereka dihukum tidak ada yang boleh pergi.
"Pagi." Sapa Taeyang yang baru saja turun, dia menatap istri dan anak-anaknya, seperti ada yang tidak beres.
"Ada apa, kenapa dingin sekali?" Tanyanya.
"Tidak ada, sudah cepat sarapan." Ujar Yuri yang ikut duduk disebelah Taeyang.
Mereka mulai sarapan, tidak ada yang bersuara. Selesai sarapan Yuri menyimpan bekal si kembar didalam tas mereka masing-masing, sedangkan itu Jennie dan Jisoo sudah berangkat sedari tadi, dan untuk Taeyang sang suami, ia menunggu kedua anak kembarnya untuk diantar ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood & Revenge || Blackpink
Fanfiction[On going]❝Mata dibayar dengan mata, darah dibayar dengan darah.❞