06. Ingatan

89 24 5
                                    

Jennie dan Taeyang kini berada dalam mobil mereka akhirnya pulang setelah mengamati apa yang polisi lakukan. Kejam memang tapi apa yang mereka perbuat jauh lebih dari kata Lucifer, bahkan setan saja takut pada mereka.

Mereka berdua sampai di markas,"unnie kau menghabisinya lebih dulu, kenapa tidak tunggu Jennie." Ujarnya kesal menatap mayat Minseok yang begitu mengenaskan.

"dia sangat berisik, jadi aku menghancurkan kepalanya, dan juga kau dan Appa lama sekali sampainya." Ujar Jisoo yang tengah duduk memainkan ponselnya.

Jennie ikut duduk di samping Jisoo, sementara Taeyang dia mengamati mayat Minseok,“kau sangat kuat ternyata Jisoo-ya, kepalanya sampai tidak berbentuk lagi, lihat otak dan matanya jika ditiup angin mungkin akan jatuh dari tempatnya."

“apa jangan meragukan kekuatan ku," ucapnya sombong, membanggakan diri,“kau harus belajar dariku Jennie-ya, kau itu sangat lembek."

“hey tolong, siapa yang kemarin tidak bisa angkat galon, terus siapa yang ngangkat jadinya, siapa?" Sindir Jennie menatap sinis Jisoo.

Jisoo memutar bola matanya,“iya deh si paling kuat."

“tentu, kau harus belajar dariku unnie, kau itu sangat lembek." Jennie membalikkan kata-kata Jisoo membuat Unnienya itu menatap tajam dirinya.

Dering ponsel Jisoo terdengar, tertera nama Soobin yang sedang berjaga dirumahnya,“hallo."

Jisoo mengangguk,“aku akan segera ke sana."

"Siapa unnie?" Tanya Jennie.

“Soobin, eomma mengamuk lagi." Jelas Jisoo.

“kita pulang sekarang, kalian urus dia jangan sampai ada jejak sedikit pun." Bodyguard Taeyang mengangguk akan perintah tuannya. Mereka bertiga segera pergi dari sana.

"Nyonya, lebih baik kita masuk, disini sangat dingin." Soobin sedari tadi terus membujuk Yuri yang tengah duduk didepan gerbang, seperti menunggu seseorang.

“tidak Soobin, ini sudah sangat larut kenapa mereka tidak pulang-pulang juga." Ujar yang terus menatap jalanan, berharap yang ia cari segera pulang.

Sebuah mobil terhenti, dua bodyguard membuka pintu tuannya. Taeyang, Jisoo dan Jennie keluar dari mobil dan segera menghampiri Yuri yang sama sekali tidak mengindahkan kedatangan mereka.

“eomma," Jennie segera memeluk Yuri,“ada apa kenapa berada diluar?" Tanyanya lembut.

“dimana mereka, kenapa tidak pulang-pulang juga Jennie-ya." Jennie meneguk ludahnya gugup, ia kemudian menatap dua orang yang lebih tua darinya.

“eomma tidak ingat, hari inikan kakek menyuruh mereka untuk menginap seminggu disana." Ucapan Jisoo membuat Yuri melepaskan pelukan Jennie lalu menatap Jisoo kebingungan.

“benarkah, tapi kenapa tidak memberi tahu pada eomma terlebih dahulu." Ucapnya sedikit protes.

“sayang kau ini cepat sekali tuanya," Taeyang yang sedari tadi hanya menatap mereka kini mebuka suara, dia menghampiri Yuri mengajaknya masuk kedalam rumah,“bukankah tadi pagi aku sudah memberitahu mu." Kini mereka semua sudah berada diruang tamu duduk di atas sofa.

“benarkah?" Taeyang mengangguk,"biar aku telpon eomma terlebih dahulu."

Yuri mengambil ponsel Taeyang, lalu menghubungi sang mertua," hallo eomma." Telepon tersambung, Yuri sedari tadi hanya mengangguk saja dengan apa yang mertuanya katakan.

"Bagaimana?" Tanya Jennie yang harap-harap cemas dengan apa yang dikatakan oleh sang nenek.

"Mereka ada di sana, malah nenek meminta untuk mereka menginap satu tahun di sana," jelas Yuri membuat orang disekitarnya menghembuskan nafas lega,"lalu apa jawaban eomma." Sahut Jisoo penasaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood & Revenge || BlackpinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang