Don't Like Don't Read
.
.
.
Warning! Penulisan PUEBI yang Kurang Tepat dan Typo Bertebaran ⚠️
.
.
.
-Happy Reading-
🤍🤍🤍🤍
16.00 PM
Dylan mematikan layar tab yang sedari tadi menampilkan sebuah grafik saham. Semua pekerjaannya telah selesai. Pria itu pun menatap Dara yang masih dalam pengaruh bius.
Kemudian ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi karena rasanya ia butuh kesegaran baik pikiran maupun badannya yang sudah terasa lengket.
Setelah beberapa saat menyelesaikan ritual mandi, pria itu berjalan mendekati brankar sang gadis mungil. Semakin mendekat, pria itu membulatkan matanya ketika melihat mata Dara telah terbuka dan kini terlihat menatap kosong langit atap ruang inapnya.
Dengan pelan, pria itu duduk di samping brankar Dara dan mengusap dada si kecil dengan lembut, "Baby sudah bangun ya?" Tutur yang begitu lembut ternyata tidak mampu membuat Dara merasa nyaman justru sorot matanya yang tadi terlihat kosong kini menatap takut ke arah Dylan.
Dylan yang menyadari ketakutan Dara sontak langsung mengecup kening Dara dan mengusap pelan puncak rambut si kecil, "tidak, tidak ada yang menyakitimu baby. Jangan takut ya"
Tes
Sudut mata Dara seketika mengeluarkan air mata dan bersamaan pula tubuhnya bergetar hebat. Hal ini sistem saraf otak si kecil sudah memicu ketika melihat orang dewasa, pikirannya telah mencap bahwa orang dewasa siapapun itu pasti akan memperlakukannya dengan buruk.
Lagi dan lagi Dylan mengecup kening Dara seraya menghapus pelan air mata si kecil. Pria itu juga merasa sakit hati ketika tatapan Dara benar-benar telah berubah, tidak seperti pertemuan awal mereka.
Ia bisa melihat bahwa begitu besar ketakutan yang di hadapi si kecil.
"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Tidak ada lagi yang menyakitimu baby, aku pastikan itu. Jadi jangan takut ya" Dylan terus mengeluarkan kalimat penenang meskipun dia adalah orang yang juga ditakuti oleh Dara.
Usapan dan kecupan yang tak pernah berhenti Dylan berikan membuat Dara menatap mata pria itu dengan sorot mata yang masih tidak percaya namun reaksi tubuhnya perlahan mulai tenang.
"Dimana yang sakit baby?" Tatapan yang memancarkan kekhawatiran dari Dylan membuat tangan mungil Dara bergerak pelan menggenggam lemah satu jari Dylan.
Di saat itulah waktu seakan berhenti, mata mereka saling bertaut menghantarkan perasaan yang campur aduk. Sorot ketakutan Dara begitu jelas di mata Dylan dan sebaliknya Dara sedikit merasakan tenang saat ia merasakan tatapan yang teduh dari pria itu.
Dylan kemudian mengecup tangan kecil Dara yang sedang menggenggam satu jarinya. "Masih ada yang menyayangimu baby, dan salah satunya adalah aku. Jadi, tidak orang yang sayang bisa memarahi kesayangannya"
Kalimat yang ditutur Dylan seketika membuat Dara menitikkan air matanya kembali. Ketika ia sudah menyerah tentang hidupnya sendiri, Dara bertemu dengan orang yang mengaku menyayanginya. Meskipun, ini terasa mendadak namun Dara perlahan menaruh kepercayaannya kembali pada Dylan yang dulunya telah hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentediast (On Going)
Ficção CientíficaMakna "Rumah" bagi Dara merupakan kumpulan rasa takut yang akan selalu menyelimuti jiwanya. Tempat yang orang lain bilang adalah kehangatan dan kasih sayang rupanya sangat berbeda bagi Dara. Tekanan dan siksaan yang ia terima dari keluarganya telah...