#07

51 8 0
                                    

Mereka tiba disebuah bar pusat kota. Suara didalam bar sangat berisik sekali dan didalamnya penuh sesak dengan orang-orang setempat. Pond melindungi Dunk melewati kumpulan orang-orang di depan.

Hari ini Pond minum sangat banyak hingga menjadi banyak bicara mengenai orang tuanya, kakaknya dan adik-adiknya serta masa depan pekerjaannya. Bahasa yang diucapkannya campur aduk antara Inggris, Ukraina dan Thailand. Dunk hanya menjadi pendengar.

Latar belakang keluarga Pond sama dengan Dunk. Orang tuanya adalah teknisi pabrik pembuatan kapal terbesar di Ukraina. Mereka pernah bekerja di Thailand pada tahun 50-an hingga Pond juga bisa sedikit bicara bahasa Thailand sekedarnya.

Waktu kuliah, Pond mengambil jurusan Sejarah namun setelah lulus dia malah menjadi polisi karena pekerjaan polisi mapan dan tanggung jawabnya sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan pegawai negeri lainnya.

“Pond…” Akhirnya Dunk menyela. Dunk ingin menanyakan hal yang membuatnya penasaran.

“Pertama kali kau melihatku, tampangku seperti apa?”
Dunk ingin mengetahui kejadian malam itu, kejadian yang pernah hilang di ingatannya.

“Kau sangat tertekan.” Pond memandang Dunk, matanya penuh kelembutan.

“Kau menangis terus-terusan. Kau mungkin terlalu shock hingga seperti orang linglung dan beberapa kali pingsan. Setelah sadar kau dibawa ke ruang introgasi. Selanjutnya pasti kau ingat.”
Yang dikatakan oleh Pond memang hampir sama dengan yang dikatakan Joong.

“Apa hanya itu?”
Pond mengedipkan sebelah matanya kepada Dunk.

“Hanya itu.”

“Bukankah masih ada lelaki Thailand ditempat kejadian? Apa yang dikatakannya?”

“Maksudmu pria bernama Joong itu?” Pond menatap Dunk dengan tampang agak bingung. Kemudian menggelengkan kepalanya.

“Sama halnya denganmu, dia tidak mengatakan apa-apa. Apa kau mengenalnya?”

“Tidak, hanya penasaran saja.” Dunk mendapati Pond terus menatapnya penuh selidik.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Syukurlah jika kau tidak mengenalnya. Jika iya, kita berdua tidak mungkin duduk disini minum bir dan bicara santai begini.”

“Memangnya kenapa?”

“Joong merupakan target polisi pajak dan polisi. Dia sudah beberapa kali keluar-masuk kantor polisi. Tapi karena tidak memiliki bukti yang kuat, polisi terpaksa melepaskannya lagi.”

Dunk terkejut mendengarnya. Tapi Dunk agak mengerti apa yang dibicarakan Pond. Sebagai seorang polisi kriminal, dia otomatis harus menghindari orang yang dicurigai termasuk Dunk jika seandainya Dunk mengenal Joong.

“Tetapi…” Tanya Dunk dengan nada penasaran.

“Bukankah setiap kali mau membebaskan diri, para tersangka harus menebus dengan sejumlah uang?”

Pond menutup mulutnya rapat-rapat dan seolah-olah dirinya enggan menjawab. Dari raut mukanya terlihat jelas bahwa dia memilih bungkam.

Dunk tertawa dan menyindir.

“Bukankah tadi kau mengatakan dirimu bersih? Orang Thailand dimata orang Ukraina tidak lebih dari Citybank, merupakan sumber Uang.”

“Dia benar-benar target Operasi.” Pond menggelengkan kepala.

“Kau pernah mendengar istilah Pabean Abu-abu atau The Grey Custom?”

Dunk menganggukan kepala.

“Joong mempunyai perusahaan ekspedisi semacam ini. Dia membantu para importir untuk menghindar atau mengakali pajak dan menggelapkan barang.”

First Sight // JDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang