Pasar. Saat mendengar kata itu, apa yang terlintas di benak kalian? Mungkin gambaran sebuah tempat yang penuh dengan kerumunan, deretan sayur-mayur segar, pedagang yang sibuk menawarkan dagangan, dan suara hiruk-pikuk tanpa henti. Tempat jual beli yang bagi sebagian orang hanyalah persinggahan sejenak untuk memenuhi kebutuhan. Tapi, pasar lebih dari itu. Ada nyanyian yang mengalun di setiap sudutnya. Sebuah simfoni dari kehidupan yang terus berdenyut tanpa jeda.
Beberapa hari yang lalu, aku menyusuri pasar. Bukan untuk berbelanja banyak barang, melainkan untuk satu tujuan sederhana: menjahit jaket yang kebesaran. Pukul sepuluh pagi, di tengah panas yang mulai menyengat, aku melangkah masuk ke pasar yang sudah ramai. Suara tawa pedagang, teriakan para penjual yang menawarkan barang, denting besi dari kios tukang sayur yang sedang merapikan dagangannya—semuanya membentuk melodi yang saling bersahutan. Di sanalah, di tengah keramaian itu, aku merasa seperti melangkah ke dunia lain.
Jalan setapak di antara kios-kios kecil terasa sempit, namun langkahku terus bergerak maju. Setiap sudut pasar seperti menyimpan cerita. Lorong yang kian ramai, tangga yang berderit di bawah kakiku, aroma bumbu dapur, ikan segar, dan keringat yang bercampur jadi satu—semuanya menyelimuti langkahku hingga aku tiba di tempat tujuanku.
Kios jahit itu terletak di lantai dua, dengan pemandangan langsung ke parkiran motor yang penuh sesak. Saat aku tiba, tukang jahitnya, seorang pria dengan senyum lebar dan rambut beruban, langsung menyapaku, seakan-akan kami sudah lama kenal.
"Eh, kasep! Mau ngejait apa?" sapanya dengan logat Sunda yang khas, sambil melirik jaket yang aku bawa.
Aku tersenyum kecil, "Ini, Mang. Jaket asa ke gedean euy."
"Heeh, sok di ukur dulu. Mau segimana?"
Di sela-sela deretan baju yang tergantung, suara-suara pasar masih terdengar samar, seolah tidak pernah benar-benar jauh. Saat tukang jahit itu sibuk dengan meterannya, aku duduk di kursi kecil yang tersedia di sudut ruangan. Dari tempat dudukku, aku bisa melihat pemandangan parkiran yang penuh dengan motor, orang berlalu-lalang dengan barang bawaan mereka, dan langit yang mulai sedikit mendung.
Aku menyalakan rokok, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Asap rokok yang tipis membumbung ke udara, bercampur dengan suara mesin jahit yang mulai berdentang. Ada sesuatu yang menenangkan dalam kebisingan pasar ini, seperti irama kehidupan yang tak pernah berhenti. Nyanyian pasar ini berbeda dengan kebisingan kota yang memekakkan telinga. Di sini, setiap suara memiliki makna, setiap gerakan adalah bagian dari tarian besar yang tak terlihat.
Sambil menunggu jaketku selesai dijahit, aku termenung. Mungkin bagi sebagian orang, pasar hanyalah tempat singgah sementara, tempat untuk membeli apa yang mereka butuhkan dan kemudian pergi. Tapi bagi yang lain, pasar adalah dunia yang hidup, penuh dengan warna, suara, dan cerita. Dan di sinilah, di tengah nyanyian pasar yang terus bergema, aku menyadari bahwa aku bukan sekadar pengunjung. Aku adalah bagian dari melodi itu.
Aku duduk di kursi kecil yang sudah agak reyot, menatap ke luar. Asap rokokku melayang pelan, menyatu dengan udara pasar yang dipenuhi campuran berbagai aroma; wangi gorengan, bau keringat, dan debu yang diaduk-aduk oleh langkah kaki para pejalan. Suara mesin jahit yang berderak seolah menjadi latar belakang yang konstan, mengiringi kehidupan pasar yang terus bergulir tanpa henti.
Dari tempatku, aku bisa melihat dengan jelas keramaian di luar. Di antara kerumunan itu, ada pengamen yang tak terlalu jauh dari parkiran motor. Pria tua dengan topi lusuh dan gitar usang di tangannya. Ia menyanyikan lagu-lagu era 90-an dengan tenang, seakan-akan pasar yang sibuk ini hanyalah latar bagi konser pribadinya. Suaranya serak, tapi lembut, dengan nada-nada penuh perasaan yang menggema di tengah-tengah deru kendaraan dan teriakan pedagang. Lagu-lagu itu... ah, membuat kenangan masa lalu seolah hadir kembali. Ada kehangatan tersendiri yang timbul dari alunan melodi sederhana tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antalogi Cerpen : Karya Muhammad Ali Akbar
Short StoryAntologi cerpen karya Muhammad Ali Akbar adalah kumpulan cerita pendek yang memikat dengan tema yang beragam dan genre yang bervariasi. Setiap cerpen dalam antologi ini menawarkan pengalaman membaca yang unik, mulai dari kisah-kisah realisme yang me...