PROLOG

4 2 2
                                    

Hujan lebat  yang sedari tadi malam belum berhenti membuat seorang wanita bernama Sania gelisah. Wanita tersebut menghampiri suaminya yang sibuk mengganti wadah penampung air hujan yang merembas masuk lewat atap rumah karena, sudah semalaman dan air dalam wadah terlihat sudah penuh.

"Mas, kalau hujanya gini terus tomat di kebun kita bakal busuk." Adu Sania dengan wajah masam.

"Sabar ya, hujan itu berkah dari Tuhan, gak baik kalau kita menggerutu." Arman berkata sembari terus membenahi wadah untuk menampung air yang berasal dari atap bocor. 

"Halah berkah kok menyusahkan." Sarkas Sania lalu melenggang kembali ke dapur.

Arman yang melihat tingkah laku istrinya hanya bisa menggelengkan kepala. Tak mau ambil pusing  Arman kembali mengecek semua atap rumahnya takut jika ia melewatkan atap lain yang bocor. Mata Arman yang menyapu ke sekeliling rumahnya tak sengaja melihat kamar putrinya yang tanpa pintu. Arman tersenyum miris saat melihat putrinya yang tertidur meringkuk akibat kedinginan. Selimut kumuh dengan banyak lubang tentu saja tidak dapat menghangatkan terlebih kondisi saat ini sering hujan lebat.

"Nanti Ayah belikan selimut baru ya, nak" Batin Arman sebelum akhirnya ia pergi untuk memberi Ayahnya makan karena sudah hampir waktunya Ayah Arman meminum obat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selimut AraniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang