23

884 110 3
                                    

"Wahyu-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wahyu-"

Jamal dan Jusuf tiba dengan napas tersengal, keringat bercampur dengan udara dingin.

Mata mereka terbelalak ketika melihat Wahyu berdiri di tengah-tengah mata air.

Tubuh Wahyu tampak goyah, kepalanya sedikit menunduk, dan matanya kosong-seolah tak ada jiwa di dalamnya.

Air di sekitarnya memantulkan cahaya samar, tetapi ada sesuatu yang janggal.

Cara Wahyu bergerak seperti bukan dirinya. Dia perlahan menenggelamkan diri, air sudah sampai di bahunya.

"Wahyu!" seru Jamal panik, namun tak ada respons.

Tubuh Wahyu terus merosot lebih dalam.

"Kita harus segera selametin Bang Wahyu, Bang!" Jusuf berteriak, segera melepas jaket dan sepatu.

Tanpa berpikir dua kali, Jamal dan Jusuf melepaskan pakaian mereka dan terjun ke dalam air dingin yang menusuk tulang.

Mereka berenang sekuat tenaga menuju tengah mata air.

Airnya sedingin es, membuat tubuh mereka gemetar, tapi mereka tak peduli. Wahyu semakin tenggelam, hanya kepalanya yang masih terlihat di permukaan.

"Wahyu! Sadar, Yu!" teriak Jamal dengan suara putus asa, tapi tetap tak ada respons.

Jamal dan Jusuf berenang semakin cepat. Jusuf tiba lebih dulu dan meraih lengan Wahyu, tapi tubuh itu terasa berat, seolah ada kekuatan yang menahan dari bawah air.

"Bang, bantu gue! Cepet!" Jusuf memanggil Jamal, dan bersama-sama mereka meraih tubuh Wahyu dan menariknya ke permukaan.

Saat mereka menarik Wahyu, mata Wahyu bergerak sedikit, tapi tatapannya tetap kosong, seperti dikuasai sesuatu.

Tubuhnya kaku dan dingin, namun bibirnya bergerak samar, seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Jangan biarkan dia tenggelam! Genggam kuat!" teriak Jamal, suaranya penuh ketegangan.

Mereka akhirnya berhasil membawa Wahyu ke tepi mata air. Air memercik ke mana-mana saat mereka menyeret tubuh Wahyu keluar dan membaringkannya di daratan. Jamal mengguncang tubuh Wahyu dengan keras.

"Wahyu! Dengerin gue! Bangun, Yu!" Jamal berteriak sambil menggenggam wajah Wahyu, panik.

Jusuf, sambil terengah-engah, mencoba menenangkan Jamal. "Bang, kita nggak boleh panik. Dia masih hidup. Lihat, dia masih bernapas."

"Wahyu! Bangun!" Jamal mengguncang tubuh Wahyu, tapi tak ada respons. Nafasnya tercekat, pikirannya berkecamuk.

Tanpa berpikir panjang, Jamal menekan dada Wahyu dengan kedua tangannya-pertolongan pertama yang ia ingat dari pelatihan sekolah.

Jamal melakukan kompresi dada beberapa kali, lalu membungkuk memberikan napas buatan.

Jusuf terperangah sejenak. Matanya membesar, dan dia menatap dengan campuran kaget, bingung, dan geli.

[BL] Mati Matian | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang