Zayyan di nyatakan koma, setelah melewati masa kritisnya, Gilang tidak pernah masuk sekolah karena ia terus mengkhawatirkan Zayyan, padahal kata Mara dan Arfa Gilang fokus saja dengan sekolahnya karena dikit lagi remaja itu akan melaksanakan ujian.
"Gilang, sudah makan belum?" tanya Mara, Di ruangan Zayyan sekarang hanya ada Mara dan Gilang, karena Arfa pergi bekerja dan Mutiara sekolah.
"Belum Tante,"
"Makan dulu yuk sayang," bujuk Mara seraya memberikan bungkusan nasi padang ke arah Gilang, namun remaja itu hanyak menggeleng menandakan ia tidak mau. Mara tak menyerah karena Gilang harud tetap menjaga kesehatannya.
"Dengerin Tante, Gilang harus makan. Nanti kalau sakit gimana? emang mau bikin Zayyan tambah sedih?"
"Gilang gak ada nafsu buat makan tan," katanya.
"Kalau gitu, Tante suapin deh!" seru Mara, ia membukanya makanan milik Gilang lalu menyondorkan satu suapan untuk Gilang, Gilang tersenyum. Sudah sangat lama ia tidak di suapin, Gilang berpikir, Zayyan itu beruntung. Mempunyai Mama berhati malaikat seperti Alisya, dab sekarang dirinya akan memiliki ibu tiri yang sikapnya tidak beda jauh oleh Alisya.
"Jay, lo harus bangun. Lo harus liat kalau Tante Mara se mirip itu sikapnya sama Mama."
Arfa pulang lebih cepat hari itu, Mara dan Arfa sepakat bergantian karena Mara ingin pulang untuk membuatkan Mutiara makan Siang dan sore nanti.
"Gilang gak mau pulang?" tanya Lelaki itu lembut. Gilang menggelengkan kepalanya kemudian menatap Arfa yang menatapnya juga.
"Gilang mau di sini sampai Zayyan sadar," jawabnya, Lelaki itu mengelus rambut Gilang yang memang sengaja ia warnai belakangan ini menjadi coklat.
"Memangnya gak cape?"
"Engga om,"
"Tadi sekolah?"
Mendengar pertanyaan itu Gilang hanya menyengir kuda seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Arfa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Gilang, remaja itu sudah banyak menceritakan semuanya, bahkan sampai Gilang bisa menceritakan bagaimana remaja itu di tegur oleh gurunya perihal warna rambutnya.
"Besok sekolah aja ya, nanti biar gantian Tante Mara yang jagain abang kamu."
"Gilang tuh bukannya ga mau, tapi males." ucapnya di akhiri dengan kekehannya. Arfa mencubit kecil lengan Gilang membuat sang empu merintih.
"Sekolah, nanti ketinggalan pelajaran."
"Kan ada Zayyan." balasnya.
"Zayyan aja koma, gimana mau ngajarin kamu. Yang ada kamu yang ngajarin dia nanti."
"Gilang ngajarin Zayyan? baru sedetik Gilang belajar aja udah lupa."
"Berarti takdir kamu, jadi-" ucap Arfa tergantung.
"Bodoh." lanjut Gilang.
"Bukan om yang bilang ya, kamu sendiri yang ngakuin!" heboh Arfa seraya mengangkat tangannya, Gilang merengut mendengar ucapan Arfa yang ada benarnya juga mengapa iya melanjutkan ucapan Arfa dengan kata itu? ya sama saja mengakuinya lah!
∆∆∆
Mereka bersenang-senang memakan pizza di rumah Arta, tapi sayang mereka tidak lengkap. Arta memberhentikan tawanya, ia mulai melamun membuat teman-temannya menjadi bingung.
"Ini jahat gak si? kita senang-senang sedangkan Zayyan lagi usaha buat sembuh." ceplos Arta.
"Kangen Zayyan deh, hampir tiga minggu dia ga masuk. Mana pas mau pergantian semester lagi." kata Mahes.
![](https://img.wattpad.com/cover/367931385-288-k961236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SELF HEALING [ TERBIT ]
General FictionOPEN PRE-ORDER SAMPAI TANGGAL 8 FEBUARI 2025. ⚠️ TYPO BERTEBARAN. Hidup gue kayanya tentang lelucon sampai-sampai semesta berulang kali menaruh semua yang ia ingin lihat dari ku. ⚠️WARNING!!⚠️ Cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan re...