9

11 0 0
                                    

"Dia milikku," ujar Dali dengan kilat yang menyambar di atas kepala mereka dengan warna ungu terang. Sementara ombak dibalik punggungnya dan punggung Arafura saling berbenturan. Pecah menjadi hujan lokal yang membasahi Taring Laut.

Sebuah pedang hitam yang terbuat dari pekatnya air laut berada dalam genggaman tangan Arafura. Tanpa bicara, Arafura menerjang ke arah Dali yang menangkis serangan dengan buku hitam yang selalu ia pegang.

Buku itu membuat pedang air Arafura mendadak mengalirkan listrik yang membuat telapak tangan Arafura menjadi kebas.

"Buku aneh," cibir Arafura. Dia menatap Dali yang sama sekali tidak terlihat berantakan setelah bertikai dengan selusin roh laut. Tatapan dan sikapnya yang kelewat santai membuat Arafura merasa dipermainkan. Kemudian, tentakel gurita yang semula membelit Taring Laut meledak dan tercerai berai ke segala sisi.

Mata biru Arafura melebar dan dia mencari-cari keberadaan Silan yang terkurung oleh sihirnya sendiri. Arafura selangkah ke depan menghampiri. Tetapi, Dali sudah berpindah dalam kedipan mata di depan kurungan Silan.

"Kau ini menggangu sekali. Dia permata lautku. Aku akan membawanya pulang. Dan kutukan roh buku itu bisa kuurus. Silan akan sangat marah karena kau membunuh gurita yang merindukan ibunya."

Binar mata Dali bereaksi dan Arafura menikmati respon tersebut dengan nada mengejek. "Gurita yang kau hancurkan."

Ledakan energi dari tubuh Dali dan Arafura kembali bereaksi seperti akar yang merambat di udara. Keduanya sama-sama terpental jatuh dari Taring Kapal.

Dali tercebur ke dalam air laut yang dingin. Ada jerat tak kasat mata yang merambati tubuhnya. Dia berusaha berenang ke permukaan, tangannya meraih-raih ke atas. Hanya beberapa meter dari permukaan air. Sesuatu menjerat kaki Dali dan menariknya lebih dalam ke lautan.

Mata hitam Dali perlahan berubah menjadi biru dan bersinar terang dalam gelapnya lautan. Dari kegelapan yang pekat, muncul gerakan samar dari roh laut yang bergerak lebih cepat seperti cahaya.

Bentuk mereka kabur, hampir tidak berbentuk. Mata biru mereka juga bersinar dan suara mereka terdengar jelas di dalam kepala Dali.

Sebagian besar mengejeknya si Tukang Buku dan mengolok-olok pekerjaannya. Kemudian, cibiran itu menjadi nyanyian maut yang membuat telinga Dali mulai terasa sakit.

Salah satu roh laut dengan bentuk lebih besar melesat ke arah Dali dengan ujung tombak yang terbuat dari kerang laut yang tajam.

Dali berusaha menendang roh laut tersebut dengan kakinya yang semakin terasa berat. Tetapi tindakan itu malah membuat kakinya terluka oleh ujung tombak. Dan dia kembali menahan serangan dengan buku hitam di tangannya ketika tombak itu berusaha mengincar jantungnya.

Sekarang, semua roh laut mengintarinya seperti pemangsa yang sedang bermain-main dengan buruan. Dali menahan diri dan rasa nyeri yang berdenyut-denyut. Darahnya mulai terbawa arus laut. Serta nyanyian melengking yang terus menerus diputar dalam kepalanya.

Dali sendiri masih berusaha melawan roh laut yang mendekat dengan buku di tangannya. Lama-kelamaan dia merasa kehilangan kendali atas tubuhnya. Dali mencoba mengangkat tangannya lagi ketika sebuah tombak menusuk punggungnya lebih dalam, tetapi tangannya tak mau menurut. Tubuhnya terasa beku, seolah-olah dia menjadi bagian dari laut itu sendiri. Jantungnya berdetak keras.

"Sialan." Dali mengumpat. Dia tidak bisa menahan diri lagi.

Lingkaran sihir yang tak terlihat di sekelilingnya semakin menguat, mengurungnya, membuatnya seolah terjebak dalam jerat yang tak bisa ditembus. Udara menjadi lebih pekat, lebih gelap, dan dingin seperti es. Dali mulai kesulitan bernapas. Nyeri di punggung mulai menjalar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SeativalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang