SATU : Hujan Pagi

5 2 0
                                        

Pagi itu, sosok Senja Arsila si gadis introvert nan pintar di SMA Persada yang berusia 18 tahun sedang berlari tergesa-gesa menuju gerbang sekolah, sambil menghindari genangan air di kubangan jalan yang terbentang di depannya.

Hujan lebat seakan tidak memberinya kesempatan untuk bernafas. Ia berlindung dengan menggunakan ranselnya, tetapi perlindungan itu tak berarti karena membuat baju seragamnya tetap basah oleh rinai hujan yang turun.

Senja, sama sekali tak ingin terlambat masuk kelas. Apalagi guru yang mengajar hari ini adalah seorang guru killer. Sehingga kekhawatiran akan terlambat terus bergelayut.

Senja merasakan hembusan angin yang sejuk menusuk kulitnya, dan ia berusaha untuk menambah kecepatan langkah kakinya. Rambut panjangnya yang tergerai tampak berkibar di udara.

Langkahnya teratur dan cepat, seperti hujan yang turun membasahi segalanya, langkahnya sama sekali tidak pernah berhenti atau pun melambat. Suara deru air dan langkahnya terdengar bersamaan, mengantarnya hingga sampai di depan pintu gerbang sekolah.

Dengan tarikan nafas panjang akhirnya gadis itu bisa datang ke sekolah dengan tepat waktu, meskipun tubuhnya harus basah kuyup, setiap helai rambutnya seperti terikat oleh hujan yang turun di pagi itu. Kemudian ia pun kembali berlari menuju gedung sekolah dengan bibir bergetar menahan gigil.

Kala Gistara, sosok tampan berusia 18 tahun dengan kepribadian yang ekstrovert dan memiliki kecenderungan agak badung. Terlihat tengah duduk bersandar di kursi kelas kosong dengan kedua telinganya yang disumbat oleh headphone yang diiringi oleh musik rock yang mengalun keras, sehingga ia tak lagi merasakan keheningan dalam jiwanya yang terasa kosong.

Sepasang matanya terpejam, ia terlihat sangat damai dalam tidurnya. Suara keren dari lagu rock yang diputar menembus telinganya dan membawanya ke dalam alam batin. Ia merasakan energi yang hebat sedalam samudra yang jauh berbeda dari kekacauan yang sering terjadi di luar sana.

Ketika sepasang mata coklat itu terbuka dan beberapa helai poninya jatuh, Kala melihat tetesan hujan yang mengalir di luar jendela kaca. Perlahan ia pun bangkit berdiri menghampiri jendela itu seraya melepas sumbatan headphonenya, sehingga membuat suara musik keras yang sebelumnya ia dengar teredam.

Kala memandang derasnya rintik hujan yang turun dari langit, merangkai suara gerombolan air hujan yang indah dan menenangkan di telinganya. Melihat pemandangan itu, tentu saja membuatnya ingin melompat dikubangan air dan menari di tengah air hujan yang datangnya selalu bergerombolan, namun hal itu mustahil untuk dilakukannya sebab ia bukan lagi seorang bocah.

Kala, melihat hujan rinai membasahi setiap sudut taman dan halaman sekolah. Suara gemericik air hujan itu semakin terdengar seperti alunan musik rock yang mengalun di telinga siswa tampan itu.

Ting!

Detik berikutnya, ia pun mendapati bunyi notifikasi ponsel. Ia mengecek handphone-nya dan melihat peringatan dari satu di antara teman baiknya bahwa ia hampir terlambat untuk masuk kelas.

Arman : Lo dimana, njing! Si Agus si guru killer kita udah mau dateng! Buruan masuk kelas, Cong!

Dengan sedikit terburu-buru, akhirnya Kala pun segera meninggalkan ruangan itu.

Tetapi…

Brugh!

Dapat terlihat bahwa Kala sedikit tak fokus ketika ia tengah membalas pesan dari temannya, sehingga ia tak terlalu memperhatikan sekelilingnya. Dan ia malah menabrak seseorang.

“Aws, ahh…”

“Sorry-sorry, gua nggak sengaja!”

Sepasang mata Kala langsung mengerjap kaget, saat ia melihat sosok gadis yang basah kuyup itu terjerembab ke ubin akibat ulahnya.

“So-sorry, gua beneran nggak sengaja.”

Kala langsung berjongkok, lalu tanpa ragu ia pun menawarkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri.

Senja memandang wajah Kala dengan tatapannya yang kaku. 

“Sorry ya,” cicit Kala sekali lagi dengan tulus.

Saat itu, Senja sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata apapun, ekspresi wajahnya sama sekali tak terbaca. Alih-alih menyambut uluran tangan Kala, Senja malah memilih untuk bangkit berdiri dengan usahanya sendiri. Lalu hendak pergi.

"Ah!"

Di satu titik, ubin pun menjadi licin akibat tetesan air dari seragam Senja yang basah, satu kakinya terpeleset hingga membuat tubuhnya hampir terjengkang. Namun dengan spontanitas, Kala pun langsung berlari dan meraih pinggang Senja, sehingga membuat tubuh gadis itu terjatuh ke pelukannya.

Pandangan mereka bertemu seiring dengan sayupan angin yang bertiup mengibaskan helaian poni Kala hingga porak-poranda.

Kala menatap wajah gadis itu yang begitu tenang dan terlihat cantik, persis seperti hujan yang turun pada pagi itu.

Senja adalah murid pindahan satu bulan yang lalu dan mereka memang satu kelas, tetapi ia tahu kalau gadis itu memang pendiam dan penyendiri, tetapi Senja adalah murid yang paling cerdas di kelas.

Sampai akhirnya…

Kisah dua bulan yang lalu pun kembali terputar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang