PENEBUSAN DOSA

4 0 0
                                    

Langit senja yang semakin meredup menelan seluruh cahaya yang tersisa. Kelam merangkak perlahan, menghapus sisa-sisa hangat di cakrawala. Bibirnya selalu melengkung tersenyum tipis, senyum yang tak pernah luntur meski hatinya terenyuh. Betapa lihainya ia menyembunyikan luka di balik mata teduhnya. Luka yang tak kunjung mengering, bahkan tak bisa ia mengerti dari mana asalnya.

Hari bergati dengan cepat, Seperti angin yang membawa benda tajam, menyelusup masuk ke dalam setiap celah, menembus hingga ke jiwanya. Ia bangun, berbicara, tertawa, seolah dunia adalah panggung yang di kuasainya, dengan ia sebagai pemeran terbaik yang tak pernah gagal memainkan peran. Teman-temanya tak pernah menyadari betapa ia merindukan kehampaan yang sunyi. Mereka tidak tahu, tak ada yang tahu, bahwa di dalam diri yang tersenyum itu tersembunyi segudang kesedihan yang tak terucapkan.

Setiap tarikan napas seakan mengingatkannya akan dosa yang bahkan tak ia pahami, sebuah penebusan yang tak berkesudahan. Ia tak pernah tahu apa yang membuat hidup terasa sebagai penebusan dosa. Sakit yang datang tak diundang, mengerang, menggeliat liar ingin di lepaskan. Membuatnya berharap, hari ini hari terakhirnya merasakan semua ini.

Namun, setiap kali jemarinya menggenggam beberapa pil, atau saat ia siap menyayat pergelangan tanganya, tubuhnya membeku. Bukan keberanian yang menahannya, bukan pula ketakutan, melainkan kelemahanya yang sadar akan kenyataan, ketidakberdayaan untuk menghentikan rasa sakit yang datang, seolah mencemoohnya yang hanya bisa tersenyum dalam kepahitan.

Ia tak ingin menghancurkan dunia, meskipun seringkali suara dalam dirinya menginginkannya. Mungkin karena dunia sudah cukup hancur hingga ia tak mampu lebih menghancurkanya lagi. Dengan kekuatan yang samar dan senyum yang penuh kepalsuan, ia terus bertahan, berjalan di antara bayang-bayang, menipu semua orang, bahkan dirinya sendiri.

EKSPRESI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang