Bab 1: Awal yang Suram

1 0 0
                                    

Kisah Syaf bermula dalam suasana suram, di mana sinaran mentari pagi yang biasanya cerah tidak mampu menembusi kabus kesedihan yang melanda rumahnya. Ibu dan ayahnya sering bertengkar, suara mereka bergema dalam dinding rumah yang seolah-olah menahan segala perasaan marah dan kecewa. Setiap kali pintu dibanting, jantung Syaf berdegup kencang, menandakan semakin dekatnya satu lagi malam yang penuh ketegangan.

Di usia yang masih muda, Syaf sudah terbiasa dengan kehidupan ini—hidup dalam ketidakpastian, mendengar jeritan dan tangisan, namun tidak mampu berbuat apa-apa. Dia sering mengasingkan diri di bilik, mengalihkan perhatiannya dengan membaca buku atau melukis, berharap dunia luar dapat mengisi kekosongan dalam hati. Namun, hampa. Buku dan pensil tidak mampu menghapuskan rasa sakit yang menyentuh jiwa.

Malam itu, setelah pertengkaran yang lebih teruk daripada biasa, Syaf merasa tidak lagi mampu menahan rasa. Ayahnya, dalam kemarahan yang meluap-luap, menghamburkan kata-kata yang menyakitkan, mengungkit semua kesalahan yang pernah dilakukan Syaf. Ibu, yang sepatutnya menjadi tempatnya berlindung, hanya mendiamkan diri, tidak berani melawan suami yang semakin hilang kawalan.

"Cukuplah!" jerit Syaf dalam hati, merasakan getaran kemarahan yang memuncak. Dengan langkah yang berani, dia membuka pintu dan melangkah keluar dari rumah. Malam yang gelap tidak menakutkan; sebaliknya, ia memberi Syaf rasa kebebasan yang tidak pernah dia rasakan sebelum ini. Dia berlari tanpa tujuan, mengabaikan semua risiko yang mungkin menanti di luar sana.

Syaf meredah jalanan kosong, merasai angin malam yang menyapu wajahnya, seolah-olah memberikannya kekuatan baru. Dia ingin lari dari segala-galanya—dari pergaduhan, dari kehidupan yang penuh tekanan, dan terutama dari keluarganya yang tidak pernah memahami dirinya. Dia inginkan tempat di mana dia diterima, walau di mana jua itu berada.

Dengan setiap langkah, Syaf semakin jauh dari rumah, jauh dari kesedihan yang menghimpit. Dia terfikir, adakah ada dunia di luar sana yang lebih baik? Adakah dia akan menemui seseorang yang akan mencintainya tanpa syarat? Dengan harapan yang menggelora dalam jiwa, Syaf berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak kembali ke dunia yang penuh kegelapan ini. Malam itu, walaupun di dalam kesepian, Syaf berasa sedikit lebih hidup—seolah-olah, untuk pertama kalinya, dia memegang kendali ke atas kehidupannya sendiri.

Namun, saat bulan purnama menerangi jalannya, Syaf sedar bahawa pelarian ini tidak akan menyelesaikan masalah. Di dalam hatinya, dia masih seorang budak lelaki yang mencari cinta dan pengertian, terjebak dalam dunia yang tidak mengenalnya. Dia perlukan jawapan, dan dia bertekad untuk mencarinya, walau dengan cara yang mungkin salah.

Apa dalam kegelapan itu?Where stories live. Discover now