00 ; photographer.

56 29 36
                                    


Jogja, 12 February 2009.

Aku Elmira Patrania. Pekerjaan utama ku sebagai seorang fotografer dan pekerjaan sampingan ku.. ah, tidak nentu, sih. Terkadang aku berjualan roti di pagi hari serta barista di malam hari.

Jika kalian tanya melelahkan apa tidak? Tentu saja. Tapi, aku makan apa jika bermalas-malasan? Batu? Tapi untungnya hidupku tidak berat-berat banget. Pacarku lumayan loyal terhadapku. Seringkali ia mengajakku makan di luar. Tentu saja aku tidak bisa menolak. Kapan lagi aku akan makan gratis? Hahaha, tidak sering kok.

"Sayang, aku lagi ada uang, nih. Mau jajan ngga? Pulang kerja aku jemput" Tanya pacarku di telepon.

Ah iya aku lupa mengenalkan nama pacarku. Dia Dewa Meshazara. Panggil saja Dewa. Jangan panggil sayang, ia milikku seorang!

"Boleh, sayang. Aku kabarin ya kalau sudah kelar kerja nya" jawab ku. Aku langsung menutup panggilan darinya dengan tujuan ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan.

Aku pun kembali berkutat dengan laptop serta file-file yang menyebalkan ini. Tidak banyak sih job hari ini, hanya menyelesaikan yang sisa sisa saja.

*****

brumm..

Motor yang akan ku tumpangi akhirnya datang juga. Tidak lama sih aku menunggu, hanya saja cuaca saat ini sangat terik membuatku gerah berdiri di tepi jalan.

Senyumku dan senyum pacarku merekah. Sudah tak terhitung berapa lama kami berjalan bersama, tetapi masih saja aku terasa bahagia. Kuharap dia merasakan yang sama.

"Cantikku lapar ngga?" tanya sang pujaan hati sembari memakaikan helm. Matanya berbinar menatap mataku, menunggu jawabanku yang.. sedikit lama, hahaha.

Aku mengangguk kecil dan terkekeh. Ia yang tersenyum melihat anggukan ku pun reflek mencubit hidung mungil ku.

"Kita beli mie ayam pak min yuk! Barusan aku lewat masih sepi, jadi ga ngantri lagi kita"

Aku pun mengiyakan saran dari sang pujaan hati. Lagipula perutku mulai keroncongan dan dompetku kosong, hahaha.

Tiba di sana, pacarku langsung memesan mie ayam spesial dua tanpa sayuran. Dia selalu ingat kalau aku membenci sayuran. Sudah berapa lama ya kami pacaran? Sekitar.. 3 tahun? ah! 3 tahun. Sudah lama sekali, tidak terasa. Kuharap, perasaannya masih sama seperti hari pertama kami resmi berpacaran.

"Sayang, mikirin apa?" Tanya Dewa. Ternyata aku melamun sendiri daritadi. Aku menggeleng sebagai tanda jawab.

Akhirnya mie ayam spesial kami telah dihidangkan. Aku meraciknya dengan perasan jeruk dan sambel, sedangkan pacarku, tidak memakai tambahan apa-apa.

"Sayang, jangan banyak sambel nya. Nanti sakit perut, lho" ujar sang kekasih. Aku hanya terkekeh pelan sembari mengangguk kecil. Toh juga derita ku jika memakai banyak sambel.

kring! kring!

Sebuah sepeda melewati gerobak mie ayam pak min. Ternyata penjual bunga keliling. Dengan cepat, pacarku berdiri memanggil penjual bunga keliling tersebut.

"Neng, bunga mawar nya berapaan?" tanya pacarku. Aku hanya mendengar sekilas, hanya samar-samar.

Tak lama, sang pujaan hati pun kembali dengan menggenggam erat setangkai bunga mawar putih.

Warna nya cantik, sangat cantik. Perpaduan antara putih dengan dedaunan nya yang hijau membuat mataku terasa bahagia melihatnya.

“Sayang, makasih, ya” ucapku sembari menghirup aroma bunga itu. Raut wajah pacarku terasa bahagia mendengarnya, aku juga ikut senang.

Aku mulai memakan makanan ku sendiri. Sudah tidak sabar melahapnya. Pacarku? Ia masih sibuk dengan handphone nya, ntah apa yang ia perbuat disitu, aku tidak tau.

"Sayang, lihat sini deh" Ujar pacarku. Aku menengok kearahnya. Ia mengarahkan ku untuk senyum.

cekrek!

Hahaha, dia baru saja memfoto ku. Dia pun tertawa, mungkin saja ia sudah mendapatkan aib ku. Wajahku merengut kesal. Jujur saja, jika ia memang berhasil mendapatkan aib ku, kan ku pecahkan handphone nya.

"Cantik kok, sayang. Slalu cantik"

*****

Kami sudah lama berbincang, hari pun sudah mulai gelap. Kendaraan semakin banyak berlalu lalang di jalan. Lampu jalan sudah mulai nyala, tanda nya hari akan mulai malam.

Aku memberi tahu pacarku, Dewa, kalau aku ingin pulang segera. Ingin menyelesaikan beberapa file-file. Untungnya pacarku setuju, ia juga mulai sibuk beberapa hari kedepan. Aku tidak tahu apa yang diurusnya, toh bukan urusanku juga.

Ah, jalanan macet. Tapi tidak apa-apa, selagi aku masih bersama sang kekasih, apapun akan ku lewati.

"Sayang" panggil Dewa. Akupun menyahuti panggilannya.

"Lusa kamu ada klien ga?" tanya nya. Aku berdiam, memikir sejenak. Aku menggeleng.

"Ga ada, Wa. Kenapa?"

"Oh, ngga, Ra. Lusa aku mau pakai kamu jadi fotografer ku, mau?" Tanya nya kembali.

"Aku bayar kok, tenang aja" Ujarnya kembali. Akupun terkekeh. Tak seharusnya ia membayar jasaku. Kan juga hidupku bergantung padanya. Tidak enak jika aku harus menerima uang darinya. Aku menggeleng pelan.

"Gausah, simpan aja uangnya. Lagian tidak penting-penting banget kan jasaku nanti?"

Pacarku tertawa dan ia juga menggeleng.

"Ngga, Ra. Penting kok. Aku bayar ya"

Huft, sepenting apa? Kalaupun untuk pekerjaan aku bisa membantu tanpa harus dibayar kok! Ada ada saja.

Tapi, iya deh, sepenting apa jasaku..

*****


Backkstreet
© backkstreet







in the rain field. 4330Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang