3

1 1 0
                                    

"Luka yang Teramat dalam adalah saat kamu nyaman berbincang dengan seseorang atas nama teman, Lalu tanpa di duga kamu mencintai nya. "

Suasana di dalam perpustakaan pagi itu terasa hening. Seperti biasanya. Deretan buku-buku tua berbaris rapi di rak, dan hanya ada beberapa pengunjung yang asik membaca atau mengerjakan tugas, aku duduk di meja resepsionis, mencoba fokus namun pikiran ini masih mengarah pada kejadian d rumah.
Adelia terdiam sejenak. Haris, sahabat yang selalu dekat dengannya, yang selalu membuat hatinya berdebar,kini kembali hadir dalam hidupnya dengan cara yang tak terduga. Rasa nyaman yang selama ini ia rasakan perlahan berubah menjadi cinta. Tapi cinta itu adalah rahasia yang ia pendam dalam-dalam. Dia tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkannya, takut menghancurkan persahabatan yang sudah lama terjalin.
"Hai, baby ” sapa Haris dengan senyum hangat.
Adelia terkesiap, sejenak terlepas dari lamunannya. “Eh, hai, Ris,” jawabnya dengan suara pelan, mencoba tetap tenang meski hatinya berdebar.
"Ide Penelitian yang lo berikan ke gw mengenai Market sangat menarik. Perusahaan Bragmajiya kalah, aku senang babay , pria songgong itu aku kalahkan dan kamu tau gak? Pak radit begitu senang baby, Bos puas dengan presentasi ku, dan untuk pertama kalinya aku Haris pratama mendapat proyek besar.
" itu ide bagus Ris, selamat ya, perjuangan lu gak sia-sia, jawab lia sambil mengenangkan jempol ikut senang.
" heheh..ya baby, aku di udang khusus untuk membantu acara velentine di fila nya, tapi ada sedikit kendala, sepupuku yang membantu untuk jadi badut saat ini lagi wisuda, gak bisa datang. Pleaseeee baby gw butuh bantuanmu.” dengan wajah memelas
Adelia menoleh dengan senyum tipis, meski hatinya sedikit berat. "Baiklah gw akan bantu, tapi dengan satu syarat. " katanya sambil menahan tawa
" apa itu?  akan memenuhinya sungguh! Butuh banget ini baby" hari membalas semangat
"Hahahha ...kamu terlalu serius sekali, gw cuman bercanda bego, udh sana kerja nanti aku ke sana tepat waktu, tinggl shareclok tempatnya yaaa" kata lia terkekeh puas
" ahhh.. Dasar babyku ini yaaa, baiklah gw nanti shareclok alamatnya dan jangan lupakan , gw menunggu surat valine dari malam ini. "
"Pasti.. Akan selalu begitu. " jawab lia sambil tersenyum
Lia mengambil napas panjang. Dia melirik jam di tangannya—waktunya menuju villa yang sudah d share sahabatnya, di mana dia diminta untuk membantu dalam acara perayaan Valentine yang diadakan oleh bos mereka. Dengan kostum badut yang  melekat di tubuhnya, Lia melangkah pergi dengan riang, walau sesekali menarik perhatian pejalan kaki yang melihatnya.
Dia berjalan cepat menuju ruangan, memikirkan bagaimana hari itu akan berjalan. Hari Valentine yang biasanya penuh dengan bunga dan cokelat, kali ini diselingi dengan aksi badut untuk menambah kegembiraan. Lia tersenyum kecil, siap untuk membantu sahabatnya dan membuat acara ini semakin meriah.
Lia mengenakan kostum badut yang penuh warna. Topi tinggi yang lucu dengan corak merah dan biru menghiasi kepalanya, sementara wajahnya dipenuhi riasan badut yang ceria, lengkap dengan senyum lebar palsu. Walau ia sendiri merasa agak canggung, senyum asli Lia muncul saat melihat anak-anak yang berkumpul di sekitarnya tertawa riang.
Dengan gerakan lucu dan suara konyol, Lia berusaha menghibur mereka. Balon berwarna-warni ia bentuk menjadi berbagai macam hewan, mulai dari anjing kecil hingga gajah. Anak-anak tertawa, beberapa bahkan berlarian mengejar balon yang terbang lepas dari tangan mereka. Lia merasa lega bahwa usahanya berhasil membuat suasana lebih ceria.
Setelah memastikan semua anak terhibur dan suasana di sekitar terasa menyenangkan lia melihat Haris pandangan mereka bertemu dan tersenyum, lia ingin menyapa dan ingin memberikan surat ucapan valinenya tapi sahabatnya itu sibuk ngbrol bersama rekan bisnis lainnya. Lia memutuskan untuk beristirahat sejenak melepas lelah . namun tiba-tiba the geng Rina datang, mereka berbisik-bisik dan tertawa di balik punggungnya, tatapan sinis mereka, membuat lia tidak nyaman, tapi dia berusaha tetap tegar, karena hal seperti ini selalu terjadi di hidupnya di bully karena penampilannya.
Salah satu dari mereka Rina , berjalan mendekat dengan seringai kecil di wajahnya " Bagaimana Si cupu ini menjadi badut yang kuat hari ini? Hahaaa.. Tapi emang cocok sih konsum ini sama lu , Haris emang pintar yah dalam hal ini, emang Pas sama tampang dekil seperti Lu! " dengan nada mengejek, di sambut tawa oleh temannya.
Adelia hanya tersenyum tipis , menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul di dadanya. dia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahan nya di depan mereka.
" Gw cuman bantu Haris, itu saja. " jawabnya singkat sebelum melangkah pergi dia kembali mendengar kata itu.
" Benarkah? Cupu kau begitu mencintai nya sampai seperti ini , hahahaa apa yang di janjikan Haris padamu kali ini? Ciuman? One night stand? Ah, Haris tidak mungkin melakukannya melihat wajahmu saja sudah membuat aku mual" tanya Mira dengan senyum mengejek dan menatap lia dengan sinis.
Lia menghela napas pelan, lalu berbalik seolah tidak terpengaruh. "Kalau itu yang membuatmu merasa lebih baik, Mira. Mungkin ada hal lain yang lebih penting dari sekadar wajah."
Mira mendengus sambil melipat tangan di dada. ""Wah, puitis sekali. Tapi sayangnya, semua kata-kata indah itu nggak akan merubah kenyataan, cupu akan tetap seperti itu. Dan yang menyediakan di sini  Lu! karena tanpa surat Valentimu, Haris sudah menerima banyak kartu ucapan di bandingkan hanya selebar surat yang tak berguna, banyak yang menyukai Haris , surat darimu tidak pernah di baca olehnya! Dasar cupu terlalu kegeeran."
Setiap kata yang keluar dari mulut Rina seperti palu yang menghantam hati Lia, Dia tau , Rina bahkan para gadis di kantor ini, banyak yang iri karena persahabatannya dengan Haris, tapi tidak pernah di bayangankan kalau mereka akan sekejam ini.
Lia tersenyum tipis, sambil mengigit bibirnya menahan air mata yang akan jatuh "Kalau suratku tidak di baca, gw Terima tapi bukan berarti kalain menghina perasaan tulus gw, kalian gak berhak untuk itu! "
The genk Rina tertawa kecil, mereka menatap lia jijik, seperti sampah yang harus di basmi " Dasar tolol meski sering di manfaatin berkedok sahabat, jangan terlalu berharap sama hal yang gk bisa lu gapai, itu mustahil!! Jujur saja gw kasihan sama lo, udh  cupu, empat kali batal nikah , jadi bahan haris lagi. Paket komplit ya guyss.. Hahahaaa"
Lia tak sanggup lagi berkata apa-apa. Semua perasaannya terasa campur aduk antara ingin membela diri dan sadar bahwa mungkin Mira benar. Dia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang mulai mengalir di pipi. " Cukup!!! Gw nggak mau buang waktu buat perihal ini sama kalian" ucapnya dengan suara pelan, hampir bergetar. Tanpa menunggu balasan, Lia membalikkan badan dan melangkah pergi, mempercepat langkahnya, menjauh dari tatapan sinis dan tawa teman-teman Rina
Di kejauhan, Lia melihat sosok Haris berdiri di lobi senyum di wajahnya yang selama ini membuat hati Lia berdebar. Tapi kali ini, senyuman itu terasa asing, karena Haris tidak sendiri.
Seorang gadis berdiri di sampingnya, terlalu dekat. Gadis itu cantik adalah Rara, dia terkenal di kantor, Hati Lia mulai berdegup lebih cepat, tetapi bukan karena kegembiraan. Dia berharap mereka hanya sedang bercanda, berbicara seperti biasa. Namun, kenyataan lebih kejam dari yang bisa ia bayangkan. Haris menunduk, lalu mencium bibir Kania dengan lembut. Lia terhenti. Udara di sekitarnya mendadak hilang, seakan seluruh dunia berhenti bergerak. Jantungnya yang tadi berdebar kini hancur berkeping-keping. Pandangan Lia mengabur, tak mampu menahan air mata yang akhirnya jatuh juga.
Tanpa suara, Lia berbalik, berjalan menjauh dengan langkah cepat, berusaha lari dari kenyataan yang menghancurkan hatinya. "Gw bodoh," bisiknya, nyaris tanpa suara. "Gw terlalu berharap... Mereka  benar. Aku cuma kegeeran , bego!!!!!"

Story AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang