Hallo semuanya!!
Welcome to my story!!
Saquel Ikhtiar Cinta bisa baca cerita sebelumnya versi AU di akun Instagram aku.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen di chapter ini.
Happy reading!!
Jikalau bersama mu hanya sebentar ku rasa mengapa pertemuan ini terasa begitu menyakitkan?
Lama ku disini menunggu kapankah waktu mengizinkan kita berjumpa? -Hana-
Gadis berhijab hitam itu menutup buku diary miliknya yang berwarna putih. Gadis penyuka warna pink itu kini sesuram awan gelap di atas langit Busan-Korea. Meski saudaranya memintanya agar pulang ke Indonesia dan menjalani hidup dengan damai nyatanya setelah lulus dari Mesir Hana memutuskan kembali ke Korea, negara dimana ia dibesarkan disana.
Meski terlahir dari keluarga yang agamis nyatanya Hana adalah anak yang hilang dari keluarga itu hingga ilmu pengetahuannya terhadap agama sangat terbatas terlebih lagi di negara Korea yang minoritas umat muslim. Hana memilih tinggal di Busan karena menyukai laut. Ramainya suara ombak tidak seberisik manusia.
Pakaian Hana tentu menjadi pusat perhatian namun ia mencoba acuh dan lebih mementingkan kesehatan mentalnya, dan bagaimana cara membahagiakan dirinya sendiri. Setiap hari Hana pergi ke super market hanya untuk membeli beberapa ramyeon. Hana tidak khawatir dengan uang karena saudara kembarnya selalu mengirimkan bagian yang memang seharusnya ia dapatkan dari perusahaan keluarganya. Bisa dibilang Hana ini orang kaya gabut yang memilih tinggal di negeri orang dan bekerja paruh waktu di perpustakaan untuk mengisi waktu luangnya.
"Agassi, neul yeogi waseo lamyeon sameogneunguna, jeogge meog-eumyeon geongang-e an joh-a." (nak, ku lihat kamu selalu datang dan membeli ramen disini, kurangi makanan itu tidak sehat)
Hana tersenyum kecil mendengar wanita setengah paru baya itu menegurnya. Hana meletakkan kembali ramen tersebut ke tempatnya lalu menatap wanita itu dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya. "yolileul jal moshaeyo, gajoggwa meolli tteol-eojyeo sal-ayo, bam-eneun sigdang-eseo bab-eul manh-i meog-eoyo, ahjumma." (aku tidak pandai masak, aku tinggal jauh dari keluarga ku, saat malam aku makan nasi banyak di tempat makan, bibi."
Waniat yang bernama Na Jie-eun itu menatap Hana prihatin lalu menggenggam tangan Hana dengan lembut. "Aigo, dangsin-eun chaghan aiyeyo... uli jib-eulo oseyo. jeoneun aiga hanabakk-e eobsneunde jib-e geoui an wayo. oelowoyo." (aigo, kamu anak baik... makanlah ke rumah ku, anak ku hanya satu dan dia jarang di rumah, aku kesepian)
Hana mengangguki saja ucapan Jie-eun, saat wanita itu sudah menghilang dari pandangannya Hana mengambil kembali ramen yang sempat ia genggam tadi dan membeli beberapa camilan lainnya lalu membayar ke kasir. Hana pulang berjalan kaki karena kebiasaan orang Korea yang suka berjalan kaki Hana jadi terikut kebiasaan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Abadi
SpiritualKarya murni pikiran author sendiri! Di larang keras plagiat cerita ini! Cover by: pinterest Umur 26 tahun belum menikah? Bukan masalah untuk Hana Safiya yang sudah di desak agar segera menikah oleh kembarannya. Menurut Hana pernikahan begitu menge...