1. Ustaz Baru

390 48 27
                                    

Hallo semuanya!!

Welcome to my story!!

Saquel Ikhtiar Cinta bisa baca cerita sebelumnya versi AU di akun Instagram aku.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen di chapter ini.

Happy reading!!

Hana menyimak dengan seksama kala Hafiz menunjuk Ray sebagai guru baru di pesantren Ar-Rasyid, laki-laki yang Hana anggap aneh karena cara berpakaiannya itu ternyata memiliki ilmu melebihi Hana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana menyimak dengan seksama kala Hafiz menunjuk Ray sebagai guru baru di pesantren Ar-Rasyid, laki-laki yang Hana anggap aneh karena cara berpakaiannya itu ternyata memiliki ilmu melebihi Hana. Ray ternyata sudah belajar di pesantren sejak masih kecil dan rutin pergi ke kajian bersama temannya. Hafiz juga menyampaikan bahwa Hana saat ini memegang tanggung jawab untuk pesantren Ar-Rasyid.

"Ohh ini ning Hana," ujarnya tersenyum tipis menatap Hana yang enggan menatap kearahnya.

"Hana tidak mengajar di pesantren ini, Hana hanya berkeliling dan menerima laporan dari para guru-"

"Apapun itu, saya hanya tidak suka para guru disini masuk ke ndalem. Saya tahu sebelumnya para guru bebas menemui pemilik ke ndalem tapi pemilik pesantren ini bukan lagi orang tua kami melainkan saya, jangan temui saya ke ndalem dan jangan pernah menginjakkan kaki ke ndalem." Tegas Hana berkata kepada Ray yang hanya mengangguk patuh.

"Ning ngga kesepian?" Tanya Ray penasaran.

"Sudah biasa, saya tidak betah disini..." lirih Hana di akhir kalimatnya.

Hafiz berdehem dan langsung merangkul bahu Hana agar meninggalkan ruang para guru. Hafiz mengajak Hana ke ndalem menemui si kembar yang sudah sangat rindu dengan aunty mereka. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan karena Hafiz bingung harus memulai percakapan dari mana. Hubungan mereka sebagai saudara kembar tidak sedekat itu karena pernah menyukai satu sama lain sebelum tahu kebenaran ini, dan sekarang Hana semakin menjaga jarak darinya sejak Hafiz meminta Hana pulang ke Indonesia.

Di ndalem pesantren Ar-Rasyid terdengar suara tawa dari Maryam-istri Hafiz yang memotret anak-anaknya, binar di mata Hana langsung muncul saat ia melihat dua keponakannya itu. "Azzam, Ali! Aunty kangen kalian!" Pekik Hana berlari memasuki ndalem sambil mengangkat gamisnya sedikit agar mempermudah langkahnya.

"Anty!" Pekik si kembar yang berusia satu tahun langsung mengangkat tangan mereka ingin di gendong oleh Hana.

"Muuach! Ganteng sekali keponakan aunty!" Gemas Hana memeluk keduanya karena tidak kuat jika menggendong mereka secara bersamaan.

Perhatian Hana langsung teralihkan oleh sosok perempuan di belakang Maryam yang menatapnya dingin, Hana langsung melunturkan senyuman dan menjadi canggung saat melihat Zahra-anak angkat ayahnya ternyata juga ikut.

"Ning Zahra ternyata juga datang..."

"Iya, saya mau lihat-lihat aja," ketus Zahra berucap kepada Hana. Zahra masih belum menerima fakta bahwa gus Fatih telah meninggal, ia menyalahkan Hana terus menerus karena seandainya gus Fatih ikut dengannya ke Jerman untuk pengobatan daripada memilih menyenangkan hati Hana, pria yang sudah membesarkannya itu pasti masih hidup sampai saat ini.

Pelabuhan AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang