Hallo semuanya!!
Welcome to my story!!
Saquel Ikhtiar Cinta bisa baca cerita sebelumnya versi AU di akun Instagram aku.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen di chapter ini.
Happy reading!!
Orang-orang egois demi kepentingan mereka lalu mengorbankan saya?
-Hana Safiya-Di ruang tamu ndalem pesantren Ar-Rasyid suasana terasa begitu menegangkan saat Hafiz, Hana, dan Ray datang membuat Maryam yang tidak tahu apa-apa jadi bingung sendiri. Hafiz melirik kearah Hana yang masih diam dengan wajah tertekuk tidak terima sejak usai sholat maghrib. Sedangkan Ray terlihat santai meminum teh yang Maryam sediakan dengan beberapa camilan yang tersedia di meja. Hampir setengah jam mereka hanya diam pada akhirnya Hafiz berdehem untuk mengusir keheningan.
"Han-"
"Allahuakbar... Allahuakbar."
Terdengar suara azan Isya di masjid membuat Hafiz mengurungkan niat untuk berbicara. Hana pun bangkit dari posisinya dan memilih sholat isya di kamar nya tidak peduli apa yang terjadi berikutnya intinya malam ini Hana akan mengunci pintu sampai amarahnya mereda. Hana itu cengeng, disaat orang lain marah semarah-marahnya Hana bisa menangis karena terlalu marah ataupun kesan. Tidak ingin di cap lemah maka Hana memilih meredam emosinya.
**
Tok.
Tok.
"Han... buka pintu nya, aku mau masuk," ucap Hafiz lembut di depan pintu kamar Hana. Pria itu buru-buru pulang ke ndalem sehabis berdoa yang biasanya ia tadarus bersama kini buru-buru pulang demi adik kesayangannya itu, bagaimana tidak kesayangan pasalnya mereka hanya memiliki satu sama lain sekarang, orang tua mereka sudah meninggal dunia.
Tidak ada sahutan yang Hafiz terima membuat Hafiz mengambil kunci cadangan di laci dan membuka pintu Hana. Terlihat Hana memakai headphone sambil mendengar kajian online, sebuah buku di kasur Hana coreti dengan ilmu-ilmu yang di catatnya, posisi Hana tengkurap membelakangi pintu hingga tidak menyadari kehadiran Hafiz.
Perlahan, Hafiz menutup pintu dan hanya memperhatikan Hana yang menulis selama lima menit. Begitu kajian selesai, Hana pun menutup bukunya.
Hening.
Hafiz melihat Hana mencoreti buku itu dengan kesal sambil mendumel. "Ku kira punya saudara laki-laki akan menyenangkan, ternyata sama aja! Lebih seru jadi anak tunggal! L-lebih baik aku ngga pernah muncul di kehidupan mereka," lirih Hana di akhir kalimatnya.
Hafiz menatap sedih punggung Hana, gadis yang dulunya ia kenal sebagai gadis periang penyuka warna pink kini jadi pendiam dan menyukai warna hitam. Perubahan drastis itu tentu membuat Hafiz sangat sedih dan merasa kehilangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Abadi
SpiritualKarya murni pikiran author sendiri! Di larang keras plagiat cerita ini! Cover by: pinterest Umur 26 tahun belum menikah? Bukan masalah untuk Hana Safiya yang sudah di desak agar segera menikah oleh kembarannya. Menurut Hana pernikahan begitu menge...