Maret 2012,
Tahun ini Adrie berumur 17 Tahun, setidaknya bulan Oktober nanti. Malam itu ia baru saja diomeli Ibu karena nilai ulangan Fisikanya hanya 6,5 dan dihukum untuk memasukkan stok belanjaan baru ke minimarket. Adrie kesal, karena IPA bukanlah pilihannya. Ia tidak suka Matematika dan Fisika, walaupun ia cukup menyukai Biologi dan Kimia. Tetapi IPA tidak pernah menjadi pilihannya, ia tidak mau bertemu dengan hitung-hitungan njelimet lagi. Tetapi semua orang menyuruhnya masuk IPA, karena kata orang kalau dari jurusan IPA dapat mengambil jurusan apa saja di perkuliahan. Karena Adrie belum tahu ia ingin kuliah apa nantinya, maka orang tuanya menyarankan untuk masuk IPA saja. Adrie terpaksa menurut, karena ia pun tidak tahu akan menjadi apa nantinya.
Adrie memasukkan beberapa makanan siap saji ke freezer toko. Ini sudah jam setengah 9 malam, sebentar lagi toko akan tutup. Tiba-tiba seorang pemuda masuk, umurnya mungkin tidak jauh dari Adrie. Pemuda itu melihat ke arah Adrie dan senyam-senyum sendiri, ia menarik nafas kemudian menyapa Adrie.
"Misi, Mbak.. ada obat cacing nggak?" cowok itu masih tersenyum.
"Nggak ada, Mas! Cari aja di apotek. Situ cacingan?" balas Adrie ketus. Padahal Adrie sendiri tidak tahu apakah tokonya menjual obat cacing atau tidak. Tetapi pemuda itu tidak mengacuhkan gadis tersebut. Malah sebaliknya, ia menggoda gadis tersebut.
"Kali aja Mbak nyimpen stok. Lagi cari apa, Mbak? Obat nyeri haid ya?" goda pemuda itu.
Mendengar balasan pemuda tersebut, Adrie semakin kesal. "Mas, kalo nggak ada yang dicari lagi mending buru ke apotek!" Adrie meninggikan suaranya dan masih tenggelam dalam kesibukannya menyusun makanan beku.
"Tapi... kalau nama sama nomor telepon punya kan?" Kata cowok itu cengengesan. Adrie mengerutkan jidatnya, tetap sibuk membereskan makanan beku, seolah ia tidak mendengar apa yang baru saja di dengarnya. Cowok jaman kapan dia hari gini masih ngegombal pake kalimat pembuka, "kamu punya..." Dumel Adrie dalam hati. Kemudian sambil bersiap ngeloyor ke belakang, ia berkata, "Kalo mau pesan gas atau aqua galon, tuh nomernya ada di plang depan!" Lalu gadis itu menghilang ke sebuah pintu.
Buset! Judes amat! Pikir pemuda itu. Mata pemuda itu masih terpaku pada gadis di depan matanya sampai gadis itu menghilang di balik pintu dan tersenyum jahil. Ia menyerah, hari itu. Kemudian pemuda itu keluar dan meninggalkan minimarket. Ia yakin suatu saat nanti ia pasti bisa berkenalan dengan gadis itu.
Sejak pemilik minimarket ini membuka usahanya di komplek perumahannya setahun yang lalu, ia sering melihat gadis itu berkeliaran di sekitar minimarket. Ia juga sering melihatnya di jalan komplek kalau gadis itu pulang sekolah. Gadis itu menarik perhatiannya. Mungkin wajahnya yang manis dan gayanya yang sederhana saja. Jarang-jarang juga kali ngeliat cewek cakep di komplek. Bukan pengen deketin sebagai gebetan juga sih, cuma ingin berkenalan saja. Kayak pengen tau sekolahnya dimana, kelas berapa, kesukaannya apa. Nggak aneh kan? Ya nggak lah! Ya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Runaway From You
Teen Fiction[MOVED TO STORIAL] Hanandio Emir, baginya apapun bisa dibawa santai dan bercanda. Emir yang easy going, cuek, dan antik. Karena hobinya gitaran lagu-lagu old school dan bikin model pesawat. Adrianna Amaira, calon arsitek yang banyak terinspirasi da...