Chapter 2 : Hanandio Emir Namanya

64.5K 5.5K 63
                                    

A/N: Biasakan membaca sebelum bertanya. Bab 3 dan selanjutnya di private ya.. Lakukan langkah berikut untuk membaca:
1. Follow akun ini
2. Add story to library
3. Jika sudah follow tetapi masih tidak keluar semua chapternya, remove story dari library --> refresh akun ini --> add lagi
4. Jika masih belum berhasil, logout wattpad --> login lagi. Atau, end program aplikasi wattpad di device kamu, lalu buka lagi. Atau, update (perbarui) versi wattpad kamu
5. Masih tidak bisa juga? Di luar kuasa penulis. Silahkan kontak tim Wattpadnya langsung (kalau niat sih)

Misal, ada yang emang niat copy cerita ini dengan cara apapun, lalu entah diplagiat atau diconvert ke PDF atau image, yaa ku doain aja semoga dagangan atau tulisan kalian nggak akan pernah laku atau yaa mudah-mudahan device yang dipakai pembajakan itu hilang atau rusak. Aamiin..

***

Bukan pemandangan asing jika setiap sore banyak anak-anak cowok yang nongkrong di depan minimarket rumah Adrie. Mereka adalah anak-anak sekitar perumahan Adrie. Mereka biasanya mengobrol, merokok, sampai kadang mereka niat bawa gitar untuk nongkrong. Entah bagaimana cerita awalnya mereka bisa menjadikan minimarket Adrie tempat berkumpul.

Sore itu Adrie baru saja pulang dari sekolah, tentunya Adrie harus melewati tokonya untuk masuk ke rumah. Setidaknya pintu rumah berada di samping toko. Adrie biasa melewati sekumpulan cowok-cowok komplek itu. Tetapi hari ini berbeda. Ada yang tidak biasa.

"Weh, Hanandio Emir! Tumben lu main biasanya suka sok sibuuuk!" seru seorang cowok yang sedang nongkrong di toko Adrie. Adrie refleks menoleh ke belakang arah mata cowok itu. Ia cukup kaget dengan apa yang dilihatnya. Ternyata orang yang disapa cowok tersebut adalah cowok yang kemarin malam menggodanya! Dilihatnya cowok itu salah tingkah disapa oleh teman-temannya, sesekali ia melihat Adrie, dan tanpa sengaja pandangan mereka bertabrakan. Adrie membuang mukanya dengan sedikit kesal dan masuk ke rumah.

Setelah beberapa lama, Adrie baru sadar kalau ternyata Emir suka membuntutinya. Biasanya Emir hanya membuntutinya sampai ujung jalan, tetapi hari itu Emir membuntutinya sampai rumah. Adrie tau setelah hari itu ia pernah sekali menoleh ke belakang setelah ia turun dari angkutan umum, dan dilihatnya Emir berdiri agak jauh dari dirinya. Kemudian beberapa kali itu terjadi lagi. Cowok itu benar-benar menyebalkan dan menyeramkan! Ia tidak lebih dari seorang stalker, pikir Adrie.

Ketika Adrie naik kelas 3 SMA, tidak jarang ia melihat Emir nongkrong bareng anak-anak komplek di tokonya. Sejak itu pula Emir tidak pernah lagi membuntuti Adrie. Walaupun anak-anak itu sudah tidak sesering dulu nongkrong di depan rumah Adrie, mungkin beberapa dari mereka sudah masuk kuliah. Adrie seringkali risih melihat Emir. Bagi Adrie, Emir bagaikan serangga pengganggu. Memang sih sebenarnya Emir tidak mengganggu Adrie, tetapi sikapnya saat ia bertemu Adrie dan sikapnya yang membuntuti Adrie pulang sekolah mengganggu sekali. Mereka bahkan tidak pernah berkenalan tapi Adrie kesal setengah mati setiap melihat wajah Emir.

Adrie tambah kesal saat ayah dan ibunya mulai mengenal cowok-cowok itu saking seringnya mereka nongkrong di depan rumah Adrie. Ceritanya dimulai ketika tiba-tiba ibu ikut duduk-duduk disana dan mengobrol dengan mereka. Ibu bertanya kenapa sudah tidak seramai dulu. Katanya mereka sudah kuliah, beberapa kuliah di luar kota, jadi mungkin ramainya hanya sebulan sekali, tiga bulan sekali, atau mungkin hanya pada saat liburan semester. Yang tersisa kuliah di Jakarta hanya Barry, Hanief, Emir, Rezky atau Kiki, dan Yusuf yang biasa dipanggil Ucup. Yang paling Adrie kesal adalah ibunya juga bercerita tentang Adrie. Sebenarnya hanya cerita biasa seperti, "Oh kalau anak ibu masih kelas 3 SMA." Kalau dipikir-pikir namanya juga orang tua, senang membangga-banggakan anaknya di depan orang lain. Apalagi Adrie anak tunggal. Siapa lagi yang bisa ibunya banggakan? Tapi entah mengapa Adrie kesal ibunya cerita-cerita tentang dirinya di depan Emir. Padahal sebenarnya Emir juga nggak nanya sih. Pokoknya Adrie kesal dengan Emir. Apapun bentuknya itu!

Runaway From YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang