Zeera
Ternyata, Sea tidak bercanda. Ketika cewek itu bilang bahwa fungsi Onyx tidak hanya sebagai pelindung, Zeera kira itu hanya lelucon untuk menyenangkan hati kelima remaja yang sedang putus asa. Teleportasi yang Sea maksud bukanlah berlari secepat kilat menembus hutan saat malam agar bisa segera sampai ke tujuan, melainkan berpindah posisi hanya dalam satu kedipan mata.
Tubuhnya oleng ketika matanya terbuka. Di depannya kini tampak sebuah rumah panggung yang serupa dengan milik Sea. Rumah itu lebih kecil dan tidak terawat. Terbukti dari banyaknya sampah yang berserakan di sekitarnya.
Alis Zeera berkerut. Keseimbangan tubuhnya tidak sempurna, begitu juga dengan keempat temannya. Mereka malah lebih parah. Jatuh dalam posisi tidak menyenangkan setelah berhasil mendarat. Sampai kapan pun rasanya Zeera tidak akan terbiasa.
“Ini kastelnya?” Dean bangkit dari posisi jatuhnya, lalu berjalan mendahului. Satu tangannya mengambil kaleng bekas yang sudah berubah bentuk, mungkin karena terlindas sesuatu. Lalu membuangnya sembarangan. “Aku kira kastel pemimpin bakalan super besar dan megah. Kamu tahu, semacam destinasi wisata.”
“Ini bukan kastelnya, Kak.” Sea melompati dua anak tangga sekaligus agar sampai di depan pintu. Begitu sampai, Sea langsung mendorong pintu yang tidak tertutup sempurna itu.
“Kosong?” Ares mengikuti langkah Sea. “Apa ada yang kamu cari di sini?”
Sea mengangguk. “Ini rumah pamanku, Kak. Orang yang selalu dijuluki kutu buku karena dari seluruh penduduk Ansoncree, hanya Paman Hill yang punya banyak koleksi buku.”
“Apa semua orang di Ansoncree selalu menggunakan nama kenampakan alam untuk nama mereka? Namamu, Sea. Sekarang Hill,” komentar Dean. Sea hanya meresponsnya dengan senyum lucu. Dean lalu mengikuti Sea dan Ares masuk ke rumah. Zeera, Gayatri, dan Sunni juga mengikuti setelahnya.
Di dalam mereka benar-benar disuguhi pemandangan luar biasa. Tidak pernah dijumpai di tempat tinggal mereka sebelumnya. Deretan buku berbagai ukuran dan warna disusun rapi dalam rak yang menyatu dengan dinding. Rak itu diatur melingkar sehingga dinding yang berbentuk segi empat jika dilihat dari luar, tidak tampak begitu jika dilihat dari dalam. Zeera kira, rumah paman Sea ini akan sempit mengingat ukurannya tampak lebih kecil daripada rumah Sea.
Ternyata, perkiraan Zeera salah. Susunan buku-buku itu benar-benar sempurna hingga tanpa sadar, Zeera dan keempat temannya mengamati sambil berputar. Sorot mata mereta berbinar dengan pandangan terpesona. Bahkan, Dean yang tidak terlihat ambisius pun, ikut terperangah.
“Takjub, kan?” Sea terkikik geli. “Aku dulu juga begitu waktu pertama kali datang ke sini. Koleksi buku milik Paman Hill banyak banget. Dari yang paling umum hingga paling langka di Ansoncree.”
“Ini bukan rumah, tapi perpustakaan!” Zeera tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya jika sudah melihat buku. Meski tidak pintar dan nilai kecerdasannya hanya sebatas rata-rata, Zeera tetap menyukai sumber ilmu itu. Mungkin semua temannya juga sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Da Capo
FantasyArahkan antena radio ke kanan, dunia mereka seketika berpindah. Dari gudang sekolah saat tengah malam menjadi sekolah tua yang kayunya mulai keropos. Gelap, sunyi, dan asing. Jika kamu ada di posisi mereka, apa yang akan kamu lakukan? Panik, tentu s...