Awal

2.6K 103 8
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"Kamu yakin mau mengundurkan diri, Mahesa?" Tanya seorang pria paruh baya yang terlihat gagah dengan seragam polisinya.

Dan yang bernama Mahesa, lelaki yang tak kalah lebih gagah namun lebih muda pun mengangguk mantap tanpa sedikit pun rasa ragu dalam dirinya. Hanya sebuah senyuman simpul yang pria di depannya berikan.

"Yah, mau bagaimana lagi..."

"Saya tidak bisa memaksakan kamu untuk terus berada disini. Hanya saja, saya sangat menyayangkan jika harus kehilangan salah satu anggota kepercayaan sekaligus keluarga saya di satuan kepolisian ini."

Mahesa hanya diam dengan kepala tertunduk.

"Jadi, bagaimana kabar Abin? Dia masih sama kamu, kan?" Tanya nya kemudian.

Mahesa mengangkat pandangannya, "Abin baik, Pak!"

Dan di hari itu juga, Mahesa pun berhenti dari pekerjaannya di satuan kepolisian sebagai jendral polisi. Malahan, Mahesa awalnya akan mendapatkan kenaikan pangkat tapi rupanya Mahesa sendiri memutuskan untuk mengundurkan diri dengan alasan ingin fokus merawat Abin. Seorang anak yang ia adopsi. Bukan sembarangan mengadopsi begitu saja, melainkan anak tersebut merupakan korban dari suatu bencana di suatu daerah yang Mahesa sendiri lah yang menyelamatkan anak tersebut.

Sayangnya, disaat Mahesa menyelamatkan anak tersebut, keadaan kedua orang tuanya sudah tak bernyawa. Bahkan, meskipun tak tega memberitahukan nya, Mahesa pun terpaksa dan mengajukan diri menggantikan sosok orangtua dari anak tersebut. Itulah kenapa Mahesa memilih berhenti dari pekerjaannya, itupun sudah ia pikirkan matang-matang.

Sekarang, Mahesa akan memilih membuka usaha atau mencari pekerjaan yang setidaknya ia takkan meninggalkan Abin seorang diri di rumah.

***

Satu minggu setelahnya...

"Papa!"

Kedatangan Mahesa disambut hangat dengan pelukan dari seorang anak laki-laki berpipi tembem.

"Abin mau jalan-jalan sama Papa," ungkapnya disaat tubuhnya diangkat oleh Mahesa.

"Abin mau jalan-jalan?" Tanya Mahesa.

Abin mengangguk mantap, "Mau!"

Cup!

Gemas, Mahesa mencium kedua pipi anaknya secara bergantian. Terlihat keduanya begitu dekat meskipun tak memiliki ikatan darah. Malahan, hubungan keduanya melebihi hubungan antara Ayah dan anak pada umumnya.

Abin pun sudah tau jika kedua orangtuanya sudah tidak ada, Mahesa menjelaskan bahwa kedua orangtuanya sudah berada di langit dan sedang berada di alam syurga. Dan Mahesa pun dijadikan pengganti dari sosok kedua orangtua Abin.

"Tapi, Abin mandi dulu sana."

"Abin belum mandi, kan?"

Abin menggeleng, "Belum, Papa."

Mahesa pun menurunkan Abin kembali, "Yaudah, Abin mandi dulu oke?"

"Abin mau mandi sama Papa," kata Abin.

Tak bisa menolak, Mahesa pun menuruti keinginan Abin dengan mandi bersama anaknya itu. Dan selama mandi, ada hal lucu yang Abin tanyakan.

"Papa..." panggil Abin dengan fokus menatap kearah selangkangan Mahesa.

"Kenapa?"

"Punya Abin kecil," cicitnya sambil memegang alat kelaminnya yang mungil.

Mahesa geleng-geleng. Kenapa anak sekecil Abin malah fokus pada hal seperti itu? Apa tidak ada yang lainnya?

"Abin mau kaya Papa, punya Papa besar, panjang kaya ular," tambah Abin.

"Hush!"

"Abin kalo udah gede nanti juga bakalan sama kaya Papa, oke? Sekarang kita mandi dulu biar cepet jalan-jalan nya," jelas Mahesa.

Tapi sialnya, Abin sepertinya masih tak terima dengan ukuran kont*lnya sang Papa dengan miliknya yang tentu saja beda jauh. Sangat jauh sekali.

***

Dan sekarang, Abin terlihat begitu menggemaskan dan pastinya tak kalah tampan dari sang Papa, Mahesa. Meskipun keduanya tak memiliki ikatan darah, tapi mereka nampak begitu kompak dan wajahnya pun makin kesini makin mirip.

"Papa," panggil Abin seraya meraih tangan Mahesa.

"Ada apa, Abin?"

"Abin mau beli itu," tunjuk Abin pada seorang pedagang ice cream lilin yang ada di depan rumahnya, ada banyak anak lainnya juga yang membelinya.

"Abin mau itu?"

Anak itu mengangguk antusias.

Mahesa pun lantas menyuruh Abin pergi terlebih dahulu untuk memesan apa yang ia inginkan, sementara Mahesa mengunci pintu rumahnya.

Abin, anak itu terlihat tak sabar karena memang es lilin merupakan jajanan kesukaan Abin. Hingga...

Duk!

Abin tanpa sadar malah menabrak seseorang hingga membuatnya hampir terduduk namun Abin berhasil menahan diri dan untungnya orang yang ditabrak menahan lengannya juga.

"Aduh sayang, hati-hati dong jalannya," tuturnya begitu lembut.

Sontak Abin langsung menengadah keatas, "Mama?"

"Hah?" Pekik wanita itu.

Siapa yang tidak kaget coba, wanita yang tanpa sengaja ditabrak oleh Abin malah dipanggil sebagai Mama?

"Bukan sayang, bukan Mama," balas wanita itu.

Abin menggeleng, "Mama Abin..."

Dan secara bersamaan juga, Mahesa sudah berada dibelakang keduanya dengan senyum yang perlahan mengembang.

"Abin," panggil Mahesa.

Abin berbalik, "Papa, papa, papa."

Anak itu langsung menarik lengan Mahesa dan membawanya kehadapan wanita yang masih terdiam mematung.

Glek!

"Om Mahesa," sapa wanita itu yang ternyata mengenal sosok Mahesa.

Mahesa tersenyum saja.

"Abin kenapa, hmm?" Tanya Mahesa.

Aneh juga, bukannya membeli es lilin, anaknya itu malah membawanya pada sosok wanita yang ternyata adalah Almira Anggraeni atau kerap dipanggil Mira.

"Dia Mama Abin, kan?" Tanya Abin menunjuk Mira.

Mira menggeleng, "Bukan!"

"Astaga, aku bukan Mama kamu."

Mahesa terkekeh, "Abin mau dia jadi Mama Abin?"

Mira melotot, apa maksudnya ini? Kenapa secara tiba-tiba juga Om Mahesa mempunyai anak? Apalagi sudah sebesar ini? Setahu Mira, Om Mahesa itu masih bujangan!

Ada apa ini?!!!

***

SEE YOU NEXT PART!!!

Daddy Plus One [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang