2. Halilintar dan Ibu

85 13 16
                                    

Boboiboy hanya milik Monsta, pinjem bentar doang.

...

Senin 16.02 PM, Kreya High School

Setelah menunggu 5 menit, Halilintar akhirnya menangkap siluet 2 adiknya menuju gerbang. Boboiboy membawakan tas si violet lalu terlihat menjahili si bungsu, berakhir kejar-kejaran padahal lagi padat.

"Abang! Kakak tuh!" Adu Fang ketika sampai didepan Halilintar, diseberang para Siswi telah berteriak histeris melihat Halilintar duduk di cap mobilnya dengan gaya sok cool.

"Kenapa dek?" Halilintar menerima tas dari Boboiboy, lalu memandang dengan tanya.

"Boi cuman bilang kalau kakinya gak sampe di motor. Anaknya gak terima," Boboiboy mejelaskan lalu nyengir sembari membentuk piece.

"Kok marah dek, itukan fakta?!" Halilintar membela.

Tanpa kata, Fang berjalan cepat lalu membuka pintu mobil. Setelah duduk nyaman di bangku samping stir, ia membanting pintu Buggati merah ini sekuat tenaga.

Brak!

Halilintar segera turun, wajahnya panik namun ingat lagi depan Fans jadi stay cool. Memandang kasihan pada kuda berjalannya yang barusan di KDK(Kekerasan dalam kendaraan) memandang jengkel pada Boboiboy yang kini cekikikan.

"Motor adek Abang jual ya buat benerin mobil Abang, kalau ada yang rusak!" Ancamnya yang seketika menghentikan tawa bahagia.

"Siap salah komandan! Boi izin pamit karena ada rapat OSIS!" Boboiboy memberi hormat lalu berlari kembali ke wilayah sekolah.

"Bukannya udah gak OSIS lagi ya?" Halilintar bergumam seraya mengingat lalu terperanjat ketika klakson berbunyi dari belakangnya.

"Masuk bang! Tinggal nih!" Teriak Fang yang seperti cicitan di telinga Hali, kembali menaikkan kaca mobil dengan wajah tertekuk.

"Mobilnya jalan sendiri?" Halilintar memutari mobil lalu masuk, meninggalkan fansnya yang kini kejang-kejang setelah ia memberi senyum ramah. "Senyum dong!"

"Gak mau!" Fang menenggelamkan wajahnya di Pipu setelah menjawab.

"Mau jajan apa?" Tanya Halilintar saat mobil melaju membelah keramaian kota. Melirik adiknya yang kini mengangkat kepala antusias setelah barusan hendak tertidur.

"Donat!"

...

16.13, Bakery Hven.

Fang turun duluan tanpa menunggu Halilintar langsung berlari masuk ke toko roti langganannya, dengan Pipu di tangan kirinya. Menatap berbinar pada berbagai varian donat dalam etalase yang disusun rapi. Terlalu lama memandang desert sampai tidak menyadari Halilintar yang kini mematung menatapnya.

"Ibu.." Hali tertegun melihat wajah polos familiar. Sedang si empu tersentak, menatap wajah abangnya berharap itu hanya candaan belaka. Tapi ekspresi sarat akan kerinduan itu membuat Fang terluka.

"Berhenti.." lirihnya mengepal tangan dikedua sisi tubuh. Bergetar menahan gejolak emosi.

"Hah?" Halilintar bingung, berhenti apa?

"Berhenti menganggap ku sebagai ibu, bang! Aku Fang, adikmu!" Tuding Fang dengan suara tinggi, menarik perhatian beberapa pembeli di toko roti ini.

"Abang tahu, nggak usah teriak gitu. Salahmu memiliki wajah persis dengan ibu," Halilintar mengibaskan tangan didepan wajah lembut. Berusaha menghindari pertengkaran lebih lanjut.

"Memangnya itu keinginan ku? Aku dan ibu adalah orang berbeda, ibu udah gak ada dan aku masih disini. Jangan anggap aku sebagai penggantinya, aku berdiri dihadapanmu sebagai adikmu, bang. Bukan ibu!" Fang hendak menangis, muak karena selalu di anggap sebagai orang lain?

Sufana SixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang