Sorot mata teduh yang kian meredup, hangat di genggaman tangan yang tengah bergetar
______________________________________
Tahun 1909
Lelaki paruh baya itu berlutut memandangi wajah putranya yang pucat pasi dengan bibir yang membiru, tangannya bergetar meraih tubuh dingin sosok yang begitu ia sayangi.
Hatinya hancur, merasa tidak adil dengan kehidupan yang ia jalani. Ia hanya pria miskin yang di paksa bercerai dengan istrinya hanya karena perbedaan status mereka. Hartanya hanya gubuk lusuh peninggalan keluarga, sepetak ladang dan seorang putra manis yang ditinggalkan oleh istrinya.
Air matanya enggan untuk berhenti mengalir, bukankah putranya berjanji untuk menunggunya pulang setalah membeli obat di kota. Tapi kenyataannya ia berpulang di saat Jaehyun bahkan tak ada di sampingnya.
Mengapa Tuhan melakukan ini? Jaehyun tak pernah mengeluh dilahirkan sebagai orang miskin, tak pernah marah menjadi orang yang selalu di rendahkan, ia bahkan dengan lapang menerima takdirnya yang harus berjuang keras seumur hidupnya. Ia tak pernah meminta lebih selain ingin terus bersama putranya.
Terlalu berlebihan jika ia menyangkal kematian, Jaehyun masih memiliki akal sehat.
Di sela tangisnya ia bangkit mengambil cangkul dan mulai menggali tanah dekat dengan rumahnya. Tangannya terhenti tatkala ia merasa sesuatu menarik bajunya.
Ia menoleh mendapati haechan yang diam dan memandangi nya dengan sayu.
"Paman jangan menangis, Jaemin sudah tidak sakit lagi. Kata ibu orang yang berpulang lebih dulu ke pangkuan Tuhan adalah orang yang bahagia"
Jaehyun mengangguk mengiyakan ucapan anak manis yang seusia dengan putranya. Haechan
Anak yang di besarkan tetangga Jaehyun yang tidak di karuniai anak. Ia di temukan di tepi jurang kala Jaehyun dan Jhoni sedang berburu hewan liar di kegelapan malam.
"Haechan sedih tidak? Jaeminie telah pergi"
Haechan mengangguk dan menyeka air matanya yang jatuh.
"Paman, jaeminie bilang haechan harus disini untuk memastikan bahwa paman tidak bersedih"
Jaehyun tersenyum hangat lantas memeluk Haechan
"Haechan janji ya, jangan lupakan jaeminie".
Haechan mengangguk.
"Pergilah, temui jaeminie untuk yang terakhir kali".
Haechan berbalik, kemudian memasuki gubuk lusuh yang selalu menjadi tempat favorit ia dan Jaemin menghabiskan waktu bersama.
Tangan mungilnya yang berkulit tan terlihat kontras dengan kulit Jaemin yang sudah dingin dan menguning, Haechan terdiam, namun air matanya terus berlinang.
Kemudian ia mengecup kening sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri lama sekali, kemudian ia mendekatkan bibirnya di samping telinga Jaemin.
"Ini ketiga kalinya kita bertemu Jaeminie, tapi aku tetap belum terbiasa dalam hal kehilangan mu. Demikian pesan terakhirmu yang selalu ku tepati untuk menjaga ayahmu. Kau juga harus menepati janjimu juga bukan? Sampai bertemu di 100 tahun kemudian, aku menantikan hari di mana aku bisa memelukmu yang juga memelukku".
Haechan tersenyum dengan hangat kemudian berbalik melihat Jaehyun yang tengah menangis sambil menatapnya.
Ia berjalan dan merentangkan tangan, yang lebih tua pun segera merengkuhnya dalam dekapan.
"Jangan bersedih paman, Tuhan masih mengizinkan kita untuk bertemu Jaeminie di kehidupan yang lain. Semoga"
Rengkuhan itu semakin erat. Jaehyun diam-diam juga mengaminkan doa yang di langit kan oleh anak yang usianya baru menginjak 15 tahun. Jika kehidupan selanjutnya itu ada, Jaehyun tetap ingin menjadi orang tua untuk putranya.
Semua kehidupan sulit yang telah ia lalui dengan ikhlas, Jaehyun hanya meminta semoga Tuhan berbaik hati memberikan apa yang Jaehyun inginkan di kehidupan selanjutnya.
Ia tak menyalahkan takdirnya yang berat atau dunianya yang kelam. Ia hanya ingin bahagia, sesederhana saat ia menikmati matahari terbenam bersama putranya.
Sesederhana itu keinginannya. Tapi masa depan tidak ada yang tahu, hanya Tuhan yang bisa menciptakan scenario terbaik untuk hambanya.
Meminta boleh, tetapi terlalu egois apabila lupa mensyukuri apa yang telah ada.
______________________________________
See you
20xxHallo semua!
Selamat bertemu kembali di cerita ke 3 author, dengan ini aku sangat berterima kasih untuk yang sudah menemukan dan membaca cerita ini.
💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Curva De Labios || 2J Feat. Haechan
Fanfiction" Jangan menentang Tuhan, Haechan "