PROLOG

709 117 10
                                    

______________________________________

"Mama akan selalu melindungimu liam".

"Kumohon mengertilah liam, mama mencintaimu maukah kau menurutinya sayang".

"Liam...".

Kata - kata sang ibu selalu terngiang dikepalanya, sudah 6 jam perjalanan liam bocah yang berusia 5 tahun itu tak berhentinya menangis , ia kini sangat merindukan ibunya, liam butuh pelukan dan kasih sayangnya.

Dan sekarang ibunya meninggalkannya sendirian dengan berdalih untuk kebahagiaan dan masa depannya apakah ibunya itu tidak mencintainya lagi, dan memilih untuk bersama monster yang ia sebut ayah, entah sekarang bagaimana nasib sang ibu ditangan ayahnya.

"Mama... jika suatu hari nanti liam dewasa, liam berjanji akan datang dan menyelamatkan mama dari papa,  liam anak baik ... liam tidak akan pernah mengingkari janji karena mama tidak menyukainya".

Liam masih terisak ketika mengucapkannya, dengan mata biru yang berair liam bocah itu berusaha menguatkan dirinya yang harus berpisah dengan sang ibu padahal disatu sisi bocah itu butuh sosok ayah dan ibu dalam kehidupannya.

Namun sayangnya takdir begitu kejam hingga membuatnya harus pergi jauh dari ibunya, namun liam tak akan pernah menghakimi takdir karena ia yakin bahwa ibunya melakukan ini untuk kebaikannya.

"Mama sekarang sedang apa ?, apakah mama baik- baik saja ".

Ucap liam dengan memandang pemandangan diluar bus, memandangi bulan yang terang, yang keberadaannya semakin tinggi di langit.

Cahaya bulan itu sangat bersinar bahkan cahayanya menembus dalam netra sebiru sapphire itu hingga berwarna biru terang di antara gelapnya malam.

Bocah itu cukup tau bahwa hari sudah menjelang malam namun dirinya terlalu enggan untuk mengistirahatkan tubuhnya hanya sebentar saja, ia tak bisa tidur jika sang ibu berada disampingnya.

Namun saat melihat sisi jalan, pandangan liam teralihkan oleh sosok  yang menyerupai ibunya diantara pepohon yang berlalu lalang.

Sontak wajah liam kembali bahagia ketika melihat sosok yang dirindukannya.

"Mama!". Teriak liam dengan kuat.

Ia ingin merengkuh ibunya saat ini, namun sayangnya tubuh kecil itu, terhalang dengan jendela bus yang memisahkan jarak antara dirinya dan sang ibu.

Namun di tengah lamunan dan tangisnya, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Bus tempat ia berada tiba-tiba bergetar keras, oleng, dan suara rem mendecit mengisi udara.

Dalam sekejap, bus kehilangan kendali.

Bunyi benturan keras menggelegar ketika bus menabrak sesuatu di tepi jalan, lalu terguling beberapa kali.

Tubuh kecil liam yang tengah berdiri di jendela bus, pada akhirnya terlempar keluar hingga kepala dan tubuhnya berbentur dengan kerasnya aspal jalanan.

Hingga detik kemudian kobaran api melahap bus yang ditumpangi liam.

Ditengah kesadarannya yang semakin menipis, liam sempat melihat sosok ibunya yang tengah tersenyum kepadannya dan menghilang begitu saja dengan kegelapan yang semakin merasuki kesadaran liam.

"Mama"

.
.
.
.

Ketika ia tersadar, pandangan liam terasa kabur, cahaya terang dari langit-langit kamar rumah sakit menusuk matanya.

Ia berusaha bergerak, tapi kepalanya sakit, dan tubuhnya terasa lemah.

Ia tidak ingat di mana ia berada, siapa dirinya, atau apa yang telah terjadi.
Yang ada hanyalah kekosongan besar di dalam pikirannya.

MATTHEW THE PHANTOM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang