5

119 29 4
                                    

Haii haii
Jangan lupa yang mampir tinggalkan jejak ya. Vote-nya sih jangan lupa🥰

Happy Reading❤️

Happy Reading❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋
🦋
🦋

Siapa yang tak terkejut jika hal yang tak di ingingkan terjadi begitu tiba-tiba?

Gazeon tentu masih tak dapat menerima, bagaimana sang ibu yang benar-benar pergi karena tak lagi ingin berurusan dengannya.

Rasa bersalah yang begitu mendalam kembali membuatnya resah tak karuan. Satu orang lagi pergi dari hidupnya.

Remaja laki-laki itu kini tengah berada di kamarnya sambil duduk di lantai yang dingin, dengan tubunya yang ia sandarkan pada tepi kasur.

wajahnya sedikit pucat. Luka di tangannya akibat pecahan vas pun belum sempat untuk di obati.

Tiga puluh menit yang lalu setelah ia jatuh, sang ayah memapahnya untuk masuk ke kamar. Namun ia tak mengizinkan Regan masuk lalu mengunci pintu.

Regan memang khawatir, tapi emosinya yang tak stabil membuatnya mau tak mau memilih menenangkan diri terlebih dahulu. Regan takut emosinya justru akan membuat putra nya makin sakit.

Setelah sedikit tenang, Regan menelfon Arbi - ayah Axel untuk meminta bantuan. Ia masih tak sanggup jika harus menatap wajah murung putranya, jadi meminta bantuan pada tetangganya itu adalah jalan satu-satunya.

Sekitar 10 menit Axel datang dengan di ikuti oleh perempuan yang tampak lebih muda.

"Sama siapa, Xel?" Tanya Regan yang baru saja keluar dari kamarnya, dan menghampiri Axel.

Remaja dengan tinggi seratus delapan puluh satu centi meter itu sempat menoleh kebelakang, lalu kembali melihat Regan.

"Adik Axel, om."

Regan tampak mengerutkan keningnya, mencoba mengingat gadis di belakang Axel.

"Dulu waktu Axel sama mama dan papa pindah ke sini dari Jepang, El kita tinggal di sana karena gak mau ikut pindah. Jadi yang om tau cuma Axel aja." Axel tersenyum saat Regan mengangguk paham sembari menepuk bahunya.

"Hallo, om?" Sapa Elzora sedikit kikuk, karena baru pertama kali mereka bertemu. Dengan ramah Regan membalas sapaan Elzora, agar tak jadi canggung kedepannya.

"Saya ada urusan sebentar. Titip Zeon ya, Xel. Tadi tangannya juga luka belum di obatin, tolong ya?" Axel mengangguk sebagai jawaban, tanpa di minta pun jika itu tentang Gazeon sahabatnya ia kan akan pernah menolak. Itulah prinsip Axel, apalagi setelah ia tahu hal apa yang baru saja menimpa sahabatnya itu.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang