Bab 126 : Penyingkiran Para Pengkhianat

10 1 0
                                    

Matahari belum sepenuhnya terbenam ketika Kaisar Axel berdiri di balkon utama istana, memandang ke arah alun-alun kerajaan yang dipenuhi rakyatnya. Jubah hitamnya berkibar ditiup angin senja, pin mawar emas di dadanya berkilau temaram. Di bawah sana, puluhan bangsawan berlutut dengan tangan dirantai, dikelilingi para pengawal kerajaan.

"Rakyatku," suara Axel menggelegar tanpa perlu pengeras suara - kemampuan vampir murninya, "hari ini kita berkumpul untuk menyaksikan keadilan."

Kerumunan rakyat berbisik-bisik. Mereka tahu apa yang akan terjadi. Selama bertahun-tahun, para bangsawan ini telah menindas mereka, mengambil keuntungan dari kelemahan Kaisar Xyon yang sakit-sakitan.

"Selama ayahku terbaring sakit, kalian," Axel menunjuk para bangsawan dengan jari pucatnya, "memanfaatkan kesempatan untuk memperkaya diri. Kalian mencuri dari rakyat kecil, menaikkan pajak seenaknya, bahkan berani mengancam keluarga-keluarga miskin."

Axel menuruni tangga dengan anggun, setiap langkahnya membuat para bangsawan gemetar. Ia berhenti di depan Lord Vermillion, bangsawan yang paling rakus dan kejam.

"Lord Vermillion," Axel tersenyum dingin, "atau haruskah kupanggil 'pengkhianat'? Berapa banyak emas yang kau ambil dari kas kerajaan? Berapa banyak tanah yang kau rampas dari para petani?"

"Y-Yang Mulia," Vermillion tergagap, "s-saya bisa jelaskan..."

"Penjelasan tidak diperlukan lagi," Axel mengangkat tangannya, memberi isyarat. Dua pengawal menyeret Vermillion ke tengah alun-alun. "Bukti-bukti sudah jelas. Selama ini aku mengawasimu, mengumpulkan setiap jejak kejahatanmu."

"Rakyatku!" Axel berseru, "Hari ini kalian akan melihat bahwa keadilan masih ada di kerajaan ini. Para pengkhianat ini akan membayar dosanya dengan darah mereka sendiri!"

Pedang-pedang terhunus. Satu per satu, para bangsawan korup dieksekusi di hadapan rakyat. Darah mereka mengalir di alun-alun, tapi tak ada yang merasa kasihan. Rakyat bersorak untuk setiap kepala yang jatuh.

Setelah eksekusi selesai, Axel segera kembali ke istana. Meski wajahnya tetap tenang, hatinya gelisah. Ia ingin segera memberitahu ayahnya tentang apa yang telah ia lakukan - membersihkan kerajaan dari para pengkhianat.

"Ayah," Axel membuka pintu kamar Xyon perlahan, "aku sudah melakukannya. Aku sudah..."

Kata-katanya terhenti. Ranjang ayahnya kosong. Selimut terlipat rapi, seolah tak ada yang pernah berbaring di sana.

"Ayah?" Axel memanggil, suaranya sedikit bergetar. Ia memeriksa kamar mandi, ruang baca, bahkan balkon - tapi Xyon tak ada di mana pun.

"Cari Yang Mulia Xyon!" Axel memerintahkan para pengawal. "Periksa setiap sudut istana!"

Para pelayan dan pengawal bergegas menyebar. Axel sendiri tak bisa diam, ia menyusuri setiap lorong, setiap ruangan yang mungkin dikunjungi ayahnya.

Hingga matanya menangkap sesuatu di ruang singgasana. Di atas kursi kerajaan, tergeletak sehelai kertas dengan tulisan tangan yang sangat dikenalnya.

The Villain Is Obsessed With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang