Bab 131 : Cinta Pada Pandangan Pertama

10 1 0
                                    


Malam itu, aula kerajaan dipenuhi para bangsawan yang merayakan kembalinya Raja Xyon. Lilin-lilin kristal berpendar lembut, menciptakan suasana magis yang menenangkan. Axel berdiri di dekat singgasananya, matanya tak lepas dari sosok Luna yang berdiri di sudut ruangan.

"Pergilah," Xyon berbisik pada putranya. "Temui dia."

Axel melangkah mendekati Luna. Wanita itu tampak gelisah, tangannya gemetar saat memegang gelas anggur darahnya.

"Nona Luna," Axel membungkuk sopan. "Suatu kehormatan bertemu dengan keturunan terakhir klan penyihir vampir."

Luna mengangkat wajahnya, mata violetnya bertemu dengan mata merah Axel. Ada kesedihan yang dalam di sana, sesuatu yang membuat hati Axel terenyuh.

"Yang Mulia," Luna membungkuk, suaranya bergetar. "Maafkan saya..."

Tiba-tiba, gerakan Luna berubah cepat. Dari lipatan jubahnya, ia mengeluarkan belati perak yang berkilau - senjata yang bisa membunuh vampir. Tangannya terangkat, siap menghujam jantung Axel.

"AXEL, MENGHINDAR!" Xyon berteriak dari seberang ruangan, instingnya sebagai ayah dan raja masih setajam dulu.

Dalam sepersekian detik, Axel bergerak menghindar. Tangannya dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Luna yang memegang belati. Suara terkesiap memenuhi aula, para tamu mundur ketakutan.

"Kenapa?" tanya Axel, matanya menatap dalam ke mata Luna yang kini berkaca-kaca.

Luna berusaha melepaskan diri, tapi cengkraman Axel terlalu kuat. "A-aku harus melakukannya... mereka mengancam akan membunuh adikku..."

Para pengawal segera mengepung mereka, pedang terhunus. Tapi Axel mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka mundur.

"Siapa yang mengancammu?" Xyon sudah berdiri di samping mereka, auranya yang kuat membuat Luna gemetar.

"Klan... klan Shadowmere," Luna terisak. "Mereka menculik adikku, Lily. Mereka bilang... mereka bilang akan membunuhnya jika aku tidak membunuh Kaisar Axel."

Xyon dan Axel bertukar pandang. Klan Shadowmere - klan vampir hitam yang telah lama menjadi musuh kerajaan.

Axel perlahan melonggarkan cengkramannya, tapi tidak melepaskan Luna sepenuhnya. "Katakan padaku di mana mereka menyembunyikan adikmu."

"Kau... kau akan membantuku?" Luna menatapnya tak percaya. "Setelah aku mencoba membunuhmu?"

"Kau mengingatkanku pada ibuku," Axel tersenyum lembut. "Dia juga akan melakukan apa saja untuk melindungi orang yang dicintainya."

"Raven," Axel memanggil penasehatnya. "Siapkan pasukan elite. Kita akan menyerang sarang Shadowmere malam ini juga."

"Tapi Yang Mulia," salah satu tetua memprotes, "gadis ini baru saja mencoba membunuh Anda!"

"Dan sekarang dia akan membantu kita menghancurkan musuh terbesar kerajaan," Xyon angkat bicara. "Bukankah begitu, Nona Luna?"

Luna mengangguk, air matanya mengalir. "Aku akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahanku."

Axel melepaskan tangan Luna sepenuhnya, mengambil belati perak dari tangannya dengan lembut. "Simpan air matamu untuk nanti, setelah kita menyelamatkan adikmu."

Luna menatapnya, campuran rasa bersalah dan kekaguman di matanya. "Kenapa... kenapa kau mau membantuku?"

"Karena," Axel tersenyum, mengingatkan Xyon pada dirinya sendiri saat pertama kali bertemu Xienna, "terkadang takdir memiliki cara yang aneh untuk mempertemukan dua jiwa."

The Villain Is Obsessed With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang