Senin pagi, Heri masih menyesali apa yang terjadi dengan dirinya beberapa hari yang lalu. Heri sampai hari ini tidak habis pikir, bisa-bisanya ia membiarkan dua bapak-bapak mesum itu mengerjainya sesuka hati mereka. Batang kontolnya dikocok dengan kurang ajar. Lubang boolnya dimainkan, dan pentilnya dipelintir dengan nafsu. Bagaimana bisa Heri malah diam saja? Malah, kalau boleh jujur, Heri tampak menikmati?
Memang ada kontrak yang Heri tidak bisa langgar, namun jika untuk sekedar menghajar atau baku hantam, Heri yakin dirinya akan menang. Kecuali jika Awan ikut terlibat. Mungkin akan beda cerita.
Kini dua hari sudah lewat, namun Heri masih merasa kotor. Tidak peduli seberapa banyak air yang Heri gunakan untuk membasuh tubuhnya, seberapa banyak sabun yang ia usapkan ke seluruh kulitnya, seperti tidak ada pengaruhnya. Heri masih belum merasa bersih. Begitu pula Senin pagi ini, Heri kembali menyabuni tubuhnya dengan lebih detil dan teliti. Apalagi, hari ini adalah hari pertamanya kerja. Dan, anehnya, setiap kali batang sabun itu menyapu kulitnya, Heri justru teringat betapa liarnya Heri saat dicoliin Pak Priyadi.
Sial!
Kenapa juga dia suka?
Meski dirinya jijik, kontolnya justru bereaksi sebaliknya. Ngaceng! Heri terus-menerus mengabaikan kontolnya yang semakin menjulang dan sekeras batang kayu dengan membilas bersih tubuhnya. Namun tiada efek. Kontolnya justru semakin ngilu saking ngacengnya.
"Bajingan!" desis Heri sambil menampar kontolnya sendiri. Mengakibatkan batang kontolnya naik turun dengan gagah. Frustasi, Heri kemudian mengambil sabun lalu memutuskan untuk mengocok saja batangnya. "Ah kok enak ngocok kontol! Asu Pak Romli sialan!" umpat Heri. Heri terus menerus menguleni batang kontolnya itu naik turun. Bahkan sesekali ia tampar ke bawah kepala kontolnya. Entah, Heri merasa geram dengan alat kelaminya yang seperti tidak tahu diri dan tidak tahu malu!
"Her! Her! Her!" panggil ibunya sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi. Membuat Heri yang panik menghentikan kegiatan colinya untuk sementara. "Itu ada tamu buatmu, Le! Cepetan mandinya!"
Heri bingung. Tamu siapa? Sebagian besar teman mainnya merantau, jadi siapa juga yang akan bertamu menemuinya? Belum juga ia selesai menduga-duga, ibunya sudah mengetuk pintu kamar mandi lagi. Memintanya untuk tidak membuat tamunya menunggu lama. Untungnya, kontolnya menjadi sedikit melemas efek panik dan bingung. Heri segera membilas tubuhnya kembali lalu segera menghanduki tubuhnya secara asal-asalan. Heri ikatkan handuk itu ke pinggangnya, dan langsung berjalan ke ruang tamu. Matanya sedikit melotot mengetahui siapa yang ibunya maksud dengan tamu. "Pak Romli?" Heri tidak percaya atasan barunya itu tahu rumahnya. Ya memang di CV tertera alamat rumahnya dengan lengkap, namun Heri tidak habis pikir Pak Romli akan bertamu. Sepagi ini pula.
"Ah Nak Heri!" Pak Romli menatap tubuh Heri yang hanya berbalutkan handuk. Masih basah dan lembab. Pak Romli menjilat bibirnya yang tiba-tiba menjadi kering.
[***]
Selengkapnya ada di lynk.id saya. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATPAM BARU
Non-FictionHeri yang memustukan untuk pulang kampung setelah diberhentikan dari perusahaan tempatnya bekerja, memilih untuk melamar pekerjaan di kampungnya agar bisa menemani kedua orang tuanya yang sudah tidak muda lagi.