Gue menggeser pagar itu dengan satu tangan, karena tangan satunya lagi sedang memegangi piring kaca. Semak belukar yang melilit terputus beberapa helai ketika gue menginjak pekarangannya.
Rerumputan yang tumbuh bebas seakan mengawasi gue yang melangkah menuju pintu rumah itu. Gue mendengar suara lonceng ketika angin berembus. Suara itu entah kenapa menarik perhatian gue. Gue memutar arah langkah menuju bagian belakang rumah.
Anehnya, semakin diikuti suara lonceng itu semakin menjauh. Sampai pada sebuah pintu kecil, suara itu tiba-tiba menghilang. Pintu itu sedikit terbuka, mengundang gue untuk memasukinya walau sambil menunduk.
Beberapa sinar matahari pagi ikutan masuk bersama gue, menerangi sebuah ruangan berantakan yang penuh debu dan kain-kain putih. Sepertinya gue ada di bagian terpisah dari rumah ini. Mungkinkah ini sebuah gudang?
Gue berjalan mendekati sebuah kain putih yang paling bersih. Dengan hati-hati gue menariknya perlahan, menyingkap sebuah kulkas dua pintu yang tampak tua. Stiker-stiker hewan tampak terkelupas di pintunya yang berwarna abu-abu.
Engselnya yang berkarat sempat membuat gue ragu untuk membukanya. Namun, suara lonceng itu kembali terdengar dari dalam kulkas. Dengan cepat gue membukanya dan mendapati sebuah lonceng yang gue yakin adalah lonceng yang sama dengan yang tadi malam gue taruh di atas meja.
Gue mengambil dan mengantonginya, menutup kembali kulkas itu lalu menyelimutinya dengan kain putih seperti sedia kala. Tiba-tiba, dari balik tembok yang berdebu gue kembali mendengar suara lonceng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live Menulis Cerita Bersama: Rumah Horor Supri
HorrorSelamat Datang di Live Menulis Cerita Bersama! Sebuah kegiatan menulis secara live di TikTok , di mana kalian bukan hanya penonton, melainkan penentu alur cerita. Live diselenggarakan oleh user TikTok @riva.armis hampir setiap malam. Follow agar tid...