Suara itu hanya terhalang sebuah tembok. Jika gue keluar dari gudang ini dan masuk lewat pintu depan, mungkin aja gue bisa menemukan sumber suara dan mengembalikan piring ini kepada siapapun yang ada.
Gue meninggalkan gudang beserta benda-benda yang tertutup kain putih itu. Suara lonceng masih terdengar, membuat gue melangkah lebih cepat menuju pintu depan. Gue mengetuk pintu, menunggu seseorang yang memainkan lonceng itu untuk keluar.
Beberapa kali ketukan, suara lonceng itu mulai terdengar mendekati pintu. Semakin jelas bahwa hanya pintu berwarna cokelat yang menjadi penghalang kami saat ini. Gue yang heran kenapa dia tidak juga membukakan pintu, mencoba mengintip dari balik jendela di samping.
Gue tidak melihat apapun selain ruangan kosong. Anehnya, suara lonceng itu masih terdengar jelas dari balik pintu bahkan mulai mendekati gue yang mengintip dari jendela. Gue kembali ke depan pintu, mengetuk sekali lagi, lalu membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.
Suara lonceng lenyap seketika seiring hawa dingin yang menyambut gue. Seperti gudang di belakang, bagian dalam rumah ini juga berdebu dengan kain-kain putih yang menutupi perabotan.
Gue berpaling dengan cepat ketika suara lonceng itu kembali terdengar dari balik salah satu kain putih. Gue yang penasaran segera menghampiri dan menyingkapnya. Tampak sebuah kursi yang penuh cakaran. Tidak ada apapun yang bisa menimbulkan suara lonceng di situ.
Justru, suara lonceng kembali terdengar dari belakang gue! Tepatnya di antara kain-kain putih yang paling tinggi. Gue menghampirinya perlahan karena suara itu terdengar sangat berisik dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live Menulis Cerita Bersama: Rumah Horor Supri
HorrorSelamat Datang di Live Menulis Cerita Bersama! Sebuah kegiatan menulis secara live di TikTok , di mana kalian bukan hanya penonton, melainkan penentu alur cerita. Live diselenggarakan oleh user TikTok @riva.armis hampir setiap malam. Follow agar tid...