"Aku mampu bersaing dengan siapa saja yang menginginkanmu, namun aku tak bisa apa-apa dengan Alyssa yang kamu inginkan."
-Laila Nafisatun Husna
.
.
.
Laila Nafisatun Husna, dia memang diam dalam kata namun riuh berdoa tiada henti mengharapkan Abi...
Laila yang baru saja sampai tepat di depan halaman rumahnya, menggerakkan kepalanya sekilas. "Laila yang berterimakasih, Kak." Laila menunduk, "Laila jadi ngerepotin Kak Abi," sambungnya.
"Saya nggak ngerasa direpotin. Malahan saya senang nganterin kamu, jadi saya bisa jagain kamu. Motor ini akhirnya melaksanakan tujuannya dengan baik."
"Tujuan?" Laila kebingungan.
"Iya. Tujuannya sampai di kali ketiga akhirnya Laila mau menaiki motor ini."
Laila terdiam, bertambah bingung mengisi kepalanya. Tak tahu lagi menanggapi apa pada setiap perkataan Abi. Sedetik dua detik di antara keduanya tak lagi menyahuti apa-apa.
"Yasudah kalau gitu saya pulang dulu," ujar Abi sambil memundurkan motornya, sambil berpamitan.
"Iya, Kak." Laila enggan memperlihatkan wajah sama sekali, ia hanya mengangguk.
"Assalamu'alaikum, Laila."
"Waalaikumussalam." Laila hendak membalikkan badan, ia berniat pergi lebih dulu menuju rumahnya.
"Lail," panggil Abi tiba-tiba. Gadis itu menolehkan badannya kembali pada Abi.
"Iya, Kak?" Dia tidak menunjukkan wajahnya.
"Saya mau jadi teman kamu."
"Disuruh Kak Fardhan?" selidik Laila.
Abi mengibas-ngibaskan tangannya. "Oh, bukan. Ini saya sendiri yang mau kita temenan." Lelaki itu tertawa gugup. "Boleh kan saya jadi teman kamu?" ulang Abi sekali lagi.
Dari pintu rumah Laila, muncul sesosok ayah Laila melihat keduanya, ayah Laila memandangi interaksi putrinya bersama satu-satunya lawan jenis yang berhasil menaklukkan hati dingin Laila.
Sementara itu Laila memikirkan cukup lama, Abi masih menunggu jawaban dengan wajah berharap. "Kita bisa saling ngobrol apapun. Saya mau jadi temen cerita Laila. Jadi apapun untuk Laila."
Laila bergeming memikirkannya.
"Lail. jadi teman saya ya?"
Laila pun akhirnya mengangguk pelan, menumbuhkan senyum merekah dari sudut bibir pria itu. "Terimakasih Lail, sekali lagi."
"Iya, Kak."
Abi bersiap untuk pulang, meninggalkan Laila. Dan ia juga meninggalkan pesan untuk Laila. "Jangan lupa bales chat temen kamu ini ya, Lail!" teriak Abi pada Laila, sambil melajukan motornya berlalu dari rumah Laila.
Tak sadar secarik senyum menampakkan cantiknya sendiri dari wajah Laila yang dari tadi tertunduk di hadapan Abi. Gadis itu menatap punggung Abi yang telah berlalu bersama motor kesayangannya.
"Ada yang senyum-senyum ayah perhatiin." Suara ayahnya mengagetkan Laila.
Laila menengok. "Ayah." Gadis itu menyalimi ayahnya. "Assalamu'alaikum, Ayah."
"Waalaikumussalam. Yang tadi itu dia...." Ayah Laila menggantungkan kalimatnya, lalu Laila menyahuti kalimat ayahnya.
"Dia salah satu doa yang ayah doakan." Laila tersenyum kecil, membuat ayah Laila merasa lega dan cukup tenang. Doanya sebagai orang tua terpenuhi dengan sempurna yaitu mendatangkan teman yang baik untuk putrinya.
. . .
Ini motor Abi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini Abi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini Laila
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.