7

25 6 0
                                    

Di dalam bus, Levi memperhatikan wajah Moreen yang tampak kelelahan setelah seharian beraktivitas.

"Capek?" tanyanya pelan, khawatir mengganggunya.

"Nggak," jawab Moreen singkat, meski matanya terlihat sayu.

Levi tersenyum sedikit. "Kalau capek, tidur aja. Kita nggak belajar hari ini, kok. Sampai sekolah juga mungkin jam 2 atau 3 sore, langsung pulang."

Moreen hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Beberapa menit kemudian, ia mulai memejamkan mata.

Bus mulai sunyi, hanya terdengar deru mesin dan suara kecil dari teman-teman mereka yang masih berbisik pelan. Sambil melihat pemandangan dari jendela, Levi merasa ada kepuasan tersendiri setelah acara berjalan sukses.

Di sampingnya, Moreen perlahan tertidur, dan Levi hanya tersenyum tipis, merasa bahwa hari ini telah menjadi salah satu hari yang paling berarti.

Bus berhenti mendadak, membuat beberapa penumpang tersentak. Namun, Moreen tetap tertidur pulas, tak terganggu sedikit pun oleh guncangan itu. Levi menatapnya dengan heran.

"Buset, nih anak masih tidur aja," gumamnya sambil tertawa kecil. Dia memperhatikan bagaimana Moreen masih nyaman bersandar dengan napasnya yang tenang.

Di alam mimpi, Moreen sedang berada di sebuah taman penuh bunga warna-warni. Dia merasakan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan, seolah mengajaknya berlari bebas di antara hamparan bunga. Suara tawa anak-anak terdengar samar, dan di depannya, dia melihat sosok seseorang yang familiar berdiri di tengah taman sambil tersenyum padanya. Sosok itu memanggil namanya, membuat Moreen merasa hangat dan tenang.

Tiba-tiba, dalam mimpi itu, seseorang menyodorkan seikat bunga padanya. Saat dia meraihnya, bunga-bunga itu berubah menjadi bola kapas lembut yang menyelimuti tangannya, membuatnya semakin merasa damai dan nyaman.

Di sisi nyata, Levi mencoba membangunkannya dengan lembut, sedikit mengoyang-goyangkan bahunya. "Reen, ayo bangun. Kita udah hampir sampai sekolah."

Namun, Moreen hanya bergumam pelan, "Hmmm ... bunga ... indah banget," sambil terus terlelap. Teman-teman di sekitarnya melihat kejadian itu dan tertawa kecil.

"Kayaknya dia beneran nyenyak banget tuh, Lev," bisik Nala, tersenyum geli.

Levi mengangguk, ikut tersenyum. "Yaudah, biarin deh sebentar lagi. Lagian kayaknya mimpinya lagi indah banget tuh."

Erine datang sambil menatap Moreen yang masih terlelap dengan posisi yang sama. "Eh, itu si Moreen nggak dibangunin?" tanyanya sambil mengerutkan alis.

Levi menghela napas dan tersenyum kecil. "Udah, biarin aja. Masih nyenyak dia, nggak tega gue banguninnya," jawabnya sambil berdiri dan merenggangkan badan.

"Eh, harus dibangunin! Kalau nggak, si Moreen mah bisa nggak bangun-bangun. Tidurnya tuh kayak orang mati," Erine tertawa kecil dan langsung mendekati Moreen. Dia menyentuh bahu Moreen pelan-pelan sambil menggoyang-goyangkannya. "Reen, bangun... ayo udah sampai nih, bangun!" serunya lembut.

Namun, Moreen hanya mengerutkan dahi sedikit dan bergumam pelan dalam tidurnya, "Levi ... jangan pergi ..."

Mendengar namanya disebut, Levi langsung terkejut. Dia dan Erine saling berpandangan dengan mata terbelalak, lalu Erine menutup mulutnya, berusaha menahan tawa. "Waduh, Lev ... lu ternyata ada di mimpi dia tuh!"

Levi hanya bisa menggaruk kepalanya, merasa sedikit gugup namun tersenyum lebar. "Wah, serius nih, Reen? Kok gue malah jadi mimpi dia..."

Erine tertawa kecil sambil menggoyangkan bahu Moreen lebih kuat kali ini. "Woi, Reen, bangun! Ada Levi nih, mimpinya udahan dulu," godanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saling Suka or ??? [LevReen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang