"Meskipun aku tidak di berikan oleh tuhan kemampuan untuk berjalan seperti orang lain, aku tetap bersyukur karena tuhan masih memberikanku nyawa yang jauh lebih berarti"
一 Airelle AtmajaPagi yang cerah dengan burung-burung berkicau yang membuat suasana pagi semakin indah, Air membuka jendela kamarnya. Seekor burung Pipit hinggap di jendela kamarnya, Ia mengulurkan telapak tangan kirinya ke atas. Burung Pipit tersebut pelan-pelan berjalan naik ke atas telapak tangan Air.
"burung mungil yang lucu" Air tertawa kecil, Burung itu tampak senang berada di telapak tangan Air
Lalu perlahan-lahan datang lagi seekor burung gereja yang juga mencoba mendekati Air. Air mengulurkan telapak tangannya yang sebelah kiri, Burung itupun naik ke atas telapak tangan Air.
"pertama kali seumur hidup aku merasakan telapak tanganku di hinggapi dua ekor burung" ucap Air seraya tersenyum kecil
Kedua burung tersebut menatap Air dengan tatapan yang sangat dalam, seakan-akan burung-burung tersebut tau bahwa Air sedang bersedih
5 menit kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Burung tersebut kaget dan terbang. Air juga sangat terkejut saat mendengar ketukan pintu tersebut, Air mendorong kursi rodanya ke arah pintu. Kemudian ia membukanya.
Disana telah berdiri tiga orang anak kecil, kalian tau itu siapa??
Ya! itu adalah Rendi, Bumi dan Runa.
"Huft, ternyata kalian aku mengira siapa yang mengetuk kamarku pagi-pagi begini" Ucap Air
Ketiga anak itu terkekeh,
"Ayo masuk" Air mempersilakan ketiganya masuk ke kamarnya, kemudian Air kembali menutup pintunya.
Mereka duduk di karpet bulu di sebelah ranjang Air,
"Kalian kenapa tumben pagi banget datang kesini?" Tanya Air
"Bosen banget tau" Jawab Runa
"Iya tuh, mending temui kamu. Lagipula semalam singkat banget waktunya ai buat kita ketemu" Jelas Rendi
"Iya juga ya" Air mengangguk paham
Netra Bumi menangkap sebuah bingkai foto yang berada di atas meja belajar Air, Disana ada foto mereka berempat. Bumi bangkit dari duduknya dan ia mengambil bingkai foto tersebut dan mengambil sebuah tinta spidol permanen berwarna merah. Bumi kembali duduk di tempat semula.
Bumi mulai mewarnai seluruh tubuhnya di foto tersebut dengan tinta merah, kemudian Runa merebut bingkai foto dan tinta berwarna merah dari tangan Bumi. Runa juga melakukan hal yang sama, begitupun Rendi.
"teman-teman, kenapa kalian mencoretnya?" tanya Air yang tidak paham
"Sekarang yang tersisa cuma kamu Air" Jawab Runa
"Maksudnya?"
"di antara kita berempat, cuma kamu yang tersisa masih setia dengan kita" Jelas Runa
"Oh begitu" Air menganggukkan kepalanya,
Tak lama kemudian, seseorang memanggil nama Air dari balik pintu. Air mengenal suara itu, itu adalah suara milik Jasper.
"Itu sepertinya Jasper " Air hendak berdiri untuk membuka pintu, namun Rendi menahannya.
"Kita kumpul berempat dulu jangan ada yang ganggu" bisik Rendi
"Baiklah"
Jasper terus memanggil nama Air, "Air buka pintunya!" Jasper mengetuk pintu kamar Air berkali-kali.
"Air, aku mendengar kamu sedang berbicara dengan seseorang, buka pintunya Air" ucap Jasper
"Yasudahlah,lebih baik kita pulang saja" usul Runa
KAMU SEDANG MEMBACA
GORESAN WAKTU
Roman pour AdolescentsAirelle Atmaja adalah seorang gadis lumpuh sejak kecil, Ia selalu di asingkan oleh keluarganya. Air pernah menuntut ilmu di sekolah khusus orang disabilitas atau berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB), namun saat itu terjadi kebakaran di s...