"Lilith, di mana kanvas milikku?" Virelia bertanya dengan suara mendesak. Pagi itu, matahari belum menampakan cahayanya. Virelia bangun lebih awal. Ia berencana untuk pergi ke hutan secara diam-diam.
Alasan Virelia cenderung klasik, ia tahu asti kalau sang Ayah tidak mungkin akan mengizinkan dirinya untuk bepergian sendiri, terlebih jika tujuannya adalah hutan—rumah para hewan buas.
Namun, gadis itu begitu bosan berdiam diri di kamar tidak melakukan apa-apa. Ide ini muncul begitu saja, tepat sebelum ia tertidur malam tadi.
Sejak kecil Virelia sudah menunjukan minat besar dalam dunia seni. Dari seni musik hingga seni sastra, semuanya gadis itu senangi. Tak heran jika Raja Aegon kerap kali berburu lukisan mahal karya seniman terkemuka, sebagai hadiah untuk putri kesayangannya.
"Ini, Tuan Putri,"
Sekantung tas berukuran besar ia bawa di punggungnya. Tubuh rampingnya begitu tangkas menyelinap diantara tiang-tiang tembok istana. Dengan penyamaran yang sempurna—jubah putih bertudung, mampu menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya. Ia yakin rencana pelarian ini akan berakhir mulus, lagi pula ini bukan kali pertamanya.
Ah, membayangkan menghirup udara segar dan kicauan burung riang di alam sana membuat Virelia tidak sabar ingin segera duduk, membuka kanvas lalu melukis apa saja yang terlintas di benaknya.
Tunggu lah sebentar lagi, selepas keluar mengendap dari istana semuanya akan berjalan mudah. Hanya saja Virelia harus sedikit berhati-hati agar dirinya tidak—
-—Brugh!!
"Awsh shh... sial!" Virelia mendesis sambil buru-buru mengusap keningnya yang terbentur tembok besar di hadapannya. Belum sampai di situ, Virelia kembali mendesis ketika eksistensinya diketahui oleh satu pengawal.
"Hei! siapa kau?!"
Virelia menarik nafas dalam-dalam dan dengan santai ia berbalik badan menghadap si pengawal. "Merepotkan."
"Penyusup!"
Tak ingin rencananya gagal Virelia terpaksa menjentikkan jarinya, dan dengan mudah, pengawal itu tertidur pulas, ambruk di lantai begitu saja.
Sebelum bertemu lebih banyak orang lagi Virelia segera bergegas. Ia berlari kencang menembus lorong-lorong istana.
Memakan sedikit waktu akhirnya gadis itu berhasil menyelinap. Kini, ia berada di pinggiran kota dekat hutan yang jadi tujuannya.
"Hm.. di da da a~" Virelia bersenandung merdu, hatinya begitu senang.
Keadaan negerinya sekarang tampak lebih cerah. Sang Ayah Raja Aegon mengadakan pembangunan dalam skala besar selepas perang usai. Semua wajah yang ia temui sedari tadi pun tampak lebih ceria.
Dihampirinya sebuah toko kecil di ujung sana, sepertinya itu toko serba ada. Cat yang ia miliki tinggal sedikit, maka dari itu ia berniat membeli beberapa untuk persediaan, sebelum masuk ke hutan.
"Ada yang bisa saya bantu, nona?" Tanya si penjual begitu ramah, lelaki itu memakai aksesoris aneh di sekujur tubuhnya, terlihat mencolok.
Virelia tersenyum ramah kemudian menyebutkan barang yang ia butuhkan. "Aku perlu cat air, dan... kuas ku pikir," Virelia mengetuk ngetuk telunjuk pada dagunya.
"Heiho! tunggu, nona."
Lelaki itu dengan cepat pergi dari hadapan Virelia, mengambil barang yang gadis itu sebutkan tadi. "Pria yang unik." Ia bergumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isolde Virelia
Fantasy[Fantasy-Romance] *BUKAN TRANSMIGRASI Di tengah kedamaian antara Kerajaan Aetherya dan Dravemor, dua jiwa yang tak seharusnya bertemu dipertemukan oleh takdir. Virelia, sang putri dari Aetherya, menjalani hidupnya dengan tanggung jawab dan kewajiban...